Monday 14 July 2014

Jomblo VS Pacaran


Jomblo. Satu kata yang sangat ditakuti oleh banyak orang saat ini, terutama remaja. Why? Karena kosakata ini mengandung makna negatif yang bikin alergi. Jomblo suatu pertanda tidak lakunya seseorang untuk mendapatkan teman kencan dari lawan jenis. Idih......enggak laku? Emangnya jualan?

Tapi asli kok, banyak banget apalagi remaja putri yang merasa kena kutukan kalo sampe predikat jomblo mereka sandang. Akhirnya dengan berbagai macam cara, mereka berusaha melepaskan kutukan ini. Udah nonton film “30 hari mencari cinta?” film itu menceritakan tiga orang cewek yang yang sama-sama mendapat gelar jomblo. Mereka membuat kesepakatan untuk mencari pacar dalam waktu 30 hari. Bagi yang menang akan diperlakukan bagai ratu sementara yang kalah akan mengerjakan semua perkerjaan rumah.

Singkat cerita, mereka benar-benar fokus untuk mendapatkan pacar dalam rentang waktu itu. karena ngebetnya seorang tokoh pengen punya pacar. Sampai-sampai harga diripun sempat tergadaikan ketika sang pacar kepengen making love dengan si cewek. Cewek lainnya lagi. saking itu cewek pengen ngerasain ciuman, sampe-sampe dia melatih dirinya dengan bantal guling. Idih! Emang enak nyium guling!

Belum lagi masalah yang timbul mengakibatkan risiko bubarnya persahabatan yang mereka bina selama ini karena cemburu dan khawatir pacarnya diembat sahabat sendiri. Meskipun ending-nya semua pacar karbitan itu pada bubar, tapi kita bisa melihat seberapa parah kondisi remeja kita saat ini, terutama di pergaulannya.

See? Ternyata predikat jomblo begitu menakutkan buat sebagian remaja yang miskin iman. Mereka lebih memilih jalan maksiat dengan pacaran daripada menyandang status ini. Meskipun sering kali dalam pacaran mereka juga merasa terpaksa. Bisa karena dipaksa teman, bisa karena dipaksa ortu, bisa juga dipaksa diri sendiri karena konsep yang salah.

Belum lagi dorongan dari media baik TV, radio, ataupun majalah yang menawarkan gaya hidup bebas dengan label pacaran semakin gencar dilakukan. Semua itu bikin semua remaja ngebet untuk bisa pacaran. Padahal, apa sih yang didapat dari pacaran? NOTHING, enggak ada sama sekali tuh. Malah sebaliknya, banyak hal yang merugikan yang bisa bikin kamu merana seumur hidup kalo kamu tetap melakukan ajang baku syahwat ini.

Pilihan untuk pacaran atau ngejomblo ini bisa kamu putuskan dengan sadar. Jadi, tulisan kali ini akan membantu kamu untuk membuat keputusan benar dalam hidup. Jangan sampai kamu melakukan perbuatan yang salah dan membuat mu menyesal kemudian. Lannnnnnjut!

Kenapa harus pacaran?
Hayo........bisa enggak kamu jawab pernyataan ini? kenapa harus pacaran? Hmm........mungkin di antara kamu ada yang menjawab.

 “Biar gak kuper”
“Biar enggak dibilang gak laku”
“Biar ada cowok yang sayang sama kita”
“Biar ada semangat untuk belajar”
“Biar enggak malu dengan teman-teman yang pada punya pacar”
“Pengen tau aja sih rasanya”

Masih banyak alasan yang bisa kamu ajukan sebagai pembenaran. Oke deh, kita coba telaah satu per satu yah, masuk akal enggak sih alasan yang kamu punya itu.

Pacaran adalah aktivitas yang dilakukan berdua dengan sang kekasih sebelum menikah. Aktivitas atau kegiatan ini bisa bermacam-macam bentuknya  : nonton bareng, makan bakso berdua, jalan berdua, atau belajar bersama. Tapi alasan terakhir ini kayanya terlalu mengada-ngada. Paling juda aktivitas belajar cuma kamuflase karena sering banyakan pacarannya daripada belajarnya, karena pada sibuk mentingin gebetan masing-masing. Iya apa iya?

Kalo kamu sekedar takut dibilang kuper karena enggak mau pacaran, maka mereka para aktivis pacaran itulah para kuper dan kupeng sedunia. Why? Karena orang pacaran itu dunianya hanya berkutat dari pengetahuan tentang doi dan dari doi aja. Yang jadi fokusnya cuma apa hobi sang pacar, apa warna favoritnya, apa makanan kesukaannya, dll. Coba kamu tanya apa dia tahu tentang teknologi terkini? Apa dia tahu di palestina ada masalah apaan, sih? Apa dia juga tahu kalo ternyata Amerika itu teroris sejati? Yakin deh, pasti mereka yang kerjaannya pacaran enggak bakalan tahu topik beginian. Nah, yang model begini yang kuper dan kupeng.

Sebaliknya, pacaran adalah ajang maksiat. Bukankah sudah dikatakan oleh Rasulullah SAW, bahwa dua orang anak manusia yang berlawanan jenis apabila berdua-duaan maka pihak ketiganya adalah setan. Emang kamu mau jadi temennya setan? Hiiyyy.....jangan sampe deh!

Jangan berasalan kamu masih kuat iman terus masih ngeyel berdua-duaan. Banyak tuh kasus yang ngakunya aktivis rohis dan niatnya dakwah, eh........malah kebablasan pacaran. Teman MTS saya dulu juga ada yang MBA, married by accident alias terpaksa menikah karena hamil duluan waktu pacaran. Ia adalah pihak yang paling dirugikan karena sekolahnya gak bisa lanjut karena perutnya semakin gendut. Itu laki-laki yang menghamili bisa dengan enaknya melanjutkan sekolah sampe tuntas. Belum lagi beban dosa yang harus ia tanggung. Ingat, zina adalah salah satu dosa besar yang hanya bisa ditebus dengan taubatan nasuha. Taubatan nasuha adalah tobat yang sungguh-sungguh dan tak akan mengulanginya lagi. Bukan tobat sambel, saat ini tobat, besok kumat. Walahhhhh, sama juga bohong atuh..

Jomblo adalah pilihan
Kok bisa? Disaat teman-teman pada risih dengan status sorangan wae alias sendirian tanpa pacar, masa sih ngejomblo bisa jadi pilihan? Bisa aja, why not gitu lho..!

Ngejomblo adalah kondisi yang independen, mandiri. Di saat teman-teman cewek lain merasa enggak bisa hidup tanpa gebetan, kamu malah sebaliknya. Jadi cewek itu enggak harus manja dan  bergantung sama cowok. Huuuuu..... enggak banget, deh! Jadi cewek itu kudu punya pendirian, enggak asal ikut-ikutan. Meskipun teman satu sekolah, satu kampus atau satu negara memilih pacaran sebagai jalan hidup, kamu tetap keukeuh dong dengan prinsip jomblo tapi salihah.

Dulu waktu saya masih duduk manis di bangku MTS dan MA (setara dengan SMP dan SMA), ada seorang teman yang ngebet banget pengen punya pacar. Sampe-sampe kalo ada kuis di majalah remaja tentang siap atau enggaknya pacaran, doi termasuk yang rajin mengisi untuk tahu jawabannya. Ternyata doi tipe yang udah siap banget. Akhirnya, fokus perhatian dia hanya pada cita-cita pengen punya pacar. Prestasi sekolah jadi anjlok. Padahal, enggak ada yang mau sama doi. Duh, kasian juga ya.

Kamu bisa tunjukan kalo enggak pacaran itu berarti tingginya harga diri kamu

Nah, kabalikan dengan muslimah salihah, ada atau enggak ada yang mau pacaran sama dia, enggak bakal bikin pusing. Mikirin rumus fisika ajah udah puyeng, pake mikirin hal lain. Mikirin pacar atau pacaran adalah sesuatu yang enggak penting bagi dirinya. Selain ngabisin waktu dan energi, yang pasti menguras konsentrasi dan emosi.

Kalo kamu udah jadi cewek oke, baik otak, kepribadian, apalagi akhlaknya. Jadi jomblo bukan sesuatu yang terpaksa tuh. Ngejomblo adalah sebuah kebanggaan. Kamu bisa tunjukin enggak pacaran berarti tingginya harga diri kamu. Ngejomblo bukan berarti enggak ada yang mau, tapi kitanya yang enggak mau kok sama cowok-cowok kecil itu. lho, kok?

Iya, kalau ada cowok yang beraninya ngajak pacaran, itu namanya masih cowok kecil. Kalo cowok yang udah dewasa, pasti enggak berani pacaran dan cuma main-main aja. Tapi datang langsung ke orang tua si cewek dan ngelamar. Cowok dewasa tahu kalo pacaran cuma ajang tipu-tipu dan aktivitas berlumur dosa. Hayo..........pada berani enggak cowok-cowok kecil itu melamar kamu trus menikah? Boro-boro deh. Lha wong uang jajan aja masih minta sama ortu, kok. Makanya, rugi kuadrat jadinya kalo kamu maksakan diri untuk pacaran. Akur, kan?

Jomblo tapi salihah
Sebagai jomblo jangan takut diolok teman. Jangan pernah malu disebut enggak laku. Mereka yang berpacaran saat ini belum tentu juga akhirnya menikah nanti. Tul, enggak? Malah yang banyak adalah putus di tengah jalan, patah hati. Ada juga karena takut dibilang jomblo malah dapet predikat MBA tanpa harus kuliyah alias merried by accident. Emang enak?

Lagi pula, cewek kalo mau dipacarin kesannya adalah cewek gampangan. Gampang dibohongin, gampang dijamahin, gampang diboncengin dan gampang-gampang yang lain. Idih.... enggak asyik banget! Toh, nantinya kalo mau merit, para cowok itu juga bakal males sama cewek beginian, mereka pengennya dapet cewek baik-baik.

Terlepas apa motivasi mereka, yang pasti kamu kudu punya patokan dan standar tersendiri. Kamu enggak mau pacaran karena itu dosa. Kamu memilih jomblo karena itu berpahala dan jauh dari maksiat. Kamu enggak bakal ikut-ikutan pacaran hanya karena takut dibilang jomblo dan enggak gaul. Kamu tetap keukeuh pada pendirian karena muslimah itu orang yang punya prinsip. Dan kamu selalu punya harga diri atas prinsip yang kamu pegang teguh.

Banyak juga cewek yang meskipun sudah menutup aurat dengan kerudung, masih enggan disebut jomblo. Jadilah mereka terlibat affair bernama pacaran akibat gaya-gayaan. Benar-benar gak ada bedanya dengan mereka yang enggak pake kerudung. Malah parahnya, masyarakat akan antipati sama muslimah tipe ini. Berkerudung tapi pacaran. Berkerudung tapi masih suka boncengan dengan cowok non mahrom. Berkerudung tapi masih suka berduaan sama cowok dan runtang-runtung gak jelas tujuannya. Bisa membuat jelek citra kerudung dan muslimah, tuh.

Intinya, predikat jomblo jauh lebih mulia kalau kamu menghindari pacaran karena takut dosa. Menjadi jomblo pun jauh lebih bermartabat kalo itu diniatkan untuk menjauhi maksiat. Menjadi jomblo sama dengan menjadi salihah kalau diniatkan karena Allah semata. Bukankah hidup ini cuma sementara ajah? Jadi rugi banget, kalo hidup yang cuma sekali ini enggak dibikin berarti. So, kalo ada yang rese dengan kamu karena status jomblo mu, bilang aja “jomblo tapi salihah? So what gitu loh!” Hidup jomblo!

Setelah putus pacaran
Atikel ini khusus buat mereka yang berpacaran atau yang pernah punya pacar. Waduh......gimana dong nasib mereka yang hidupnya lurus-lurus ajah alias belum pernah pacaran? Masa enggak boleh ikutan baca?? Tentu boleh, dong. Siapa tau ada orang-orang di sekeliling kamu yang butuh tema ini, iya kan?

Masa pacaran, siapa sih yang gak panas dingin bila mengenangnya? Panas dingin karena teringat indahnya. Tapi bisa juga panas dingin karena takut dosanya. Yang pasti sih, saya yakin kamu udah pada insaf kalo pacaran itu cuma ajang menumpuk dosa akibat baku syahwat yang melanggar syari’at.

Nah, udah ingat lagi kan? Kamu dulu memutuskan si dia karena takut dosa. Kamu yang memutuskan sang kekasih karena insaf. Kamu yang gak mau lagi punya ikatan yang gak sah. Kamu yang udah nyadar dan enggak mengulangi lagi. Entah kenapa tiba-tiba aja bayangan si dia nongol lagi dalam benak mu. Tiba-tiba ajah ketemu di angkot atau papasan di tepi jalan. Kamu yang lagi beres-beres kamar terus nemu selembar photo doi dalam pose yang bikin kamu terpesona. Tapak kenangan dirinya ternyata belum hilang sepenuhnya dari benak mu. Duh....gimana menyikapi rasa ini? Padahal kamu tahu bahwa jalinan cinta itu gak mungkin lagi untuk diulang. Ia hanya penggalan masa lalu yang kudu dikubur dalam-dalam. Trus, gimana dong?

Ketika dia datang lagi
Setalah beberapa saat berhasil menghapus bayangan dirinya, tak disangka, tiba-tiba si dia hadir lagi dalam kehidupan mu. Kehadirannya pun mampu menghadirkan suasana haru biru yang dulu pernah singgah di hati mu. Meski kalian sudah tak ada lagi ikatan, kenangan lama itu begitu indah untuk dilewatkan begitu saja. Bagaimanapun, kamu masih menyimpan direktori itu dalam salah satu sudut hati. Ehm....

Tenang aja, yang namanya perasaan itu bersifat gaib kok, enggak terlihat. Karena gak terlihat maka gak bisa pula dikenai hukum. Tapi meskipun bebas hukum, bukan berarti kamu membiarkannya tanpa batas. Bukankah ada yang Maha Mengetahui yang gaib maupun yang nyata? Meski ada satu orang pun yang memergoki, tapi kamu pantas malu dong sama Allah. Dia selalu memantau kondisi hati mu. Lagi pula yang namanya rasa meski gak terlihat ia akan membekas pada perbuatan. Jadi, bisa aja kamu tanpa sadar menyebut namanya. Atau setengah pingsan berusaha lewat depan kelasnya hanya demi bisa melihat sosoknya sekilas. Duh...sampe sebegitunya kalo perasaan dimanjain.

Padahal sedari awal kamu sudah mem-PHK mantan kamu karena sadar pacaran adalah jalan setan untuk mengajak makasiat. Karena kamu gak mau jadi teman setan, maka kamu pun enggak mau lagi pacaran. So, sebenernya kamu udah tahu kok bagaimana menyikapi pacaran. Cuma yang kamu gak paham adalah bagaimana menyikapi kenangan yang kadangkala timbul tenggelam.

Apalagi mereka yang sebelumnya aktivis pacaran sangat rentan sekali diajak balikan sama sang mantan. Emang sih gak semua, tapi buat jaga-jaga aja ternyata kamu adalah tipe gampang terayu.

Hati-hati musang berbulu domba
Jangan terjebak oleh bujuk rayu dunia. Entah mantan yang ngajak balikan atau ikhwan berbulu domba yang ngajakin kamu pacaran dengan bingkai islam. Mulut manisnya ngajak ta’aruf tapi aktivitasnya gak jauh beda sama pacaran. Eh, karena si ceweknya lemah iman, mau aja ia nginap berhari-hari di rumah si ikhwan tanpa alasan yang jelas. 

Kamu kudu hati-hati, saat ini banyak ikhwan jadi-jadian kayak gini. So, biar kamu gak terjerumus lagi, niatkan hijrah mu ini karena Allah, bukan karena yang lain. Lalu berkumpulah dengan orang-orang yang saleh. Biar ada yang menjaga dan menasehati kamu kalo salah langkah.

Kalo sampa tahap ini, kamu kudu intropeksi. Apa yang salah dengan diri mu? Kenapa bayangan si doi masih menari-nari? Kenapa kenangan itu sulit dihapus dari hati?

Pertama, bisa saja kamu lagi krisis hati yang bermula dari jauhnya kamu dari Yang Maha Membolak-balik hati. Kamu masih punya peluang untuk bengong. Padahal yang namanya setan itu paling demen masuk pada momen ini. Panjang angan-angan dengan banyak melamun.

Kedua, ganti kacamata yang kamu pake. Si mantan boleh jadi adalah seseorang yang terlihat begitu sempurna di mata mu. Udah cakep, tajir, ramah, baik hati, suka menolong, rajin menabung, patuh pada orang tua, rajin sholat lagi. Bagi yang belum paham hukum pacaran, cowok tipe ini adalah all girls ever want. Jadi, bisa aja kamu begitu berdarah-darah saat mutusin cowok itu. Sebetulnya kamu masih sayang sama dia. Tapi kesadaran akan hukum Allah bahwa pacaran adalah aktivitas mendekati zina, membuat kamu lebih memilih untuk mutusin dia.

Jangan telalu memanjakan perasaan, kenangan itu hadir kalo kamu memang manghadirkannya

Ketiga, bisa jadi kamu enggak begitu paham dengan konsep jodoh. Kamu mati-matian masih berat sama dirinya meski sudah putus. Ada terbesit dalam dirimu kalo si dia menikah dengan cewek lain. Artinya kamu belum benar-benar mengikhlaskan dirinya. Kamu masih ngarep si dia ngajakin kamu merit. Padahal harapan itu jauh panggang dari pada api, alias sulit terwujud. Lha wong ternyata dia udah asyik sama pacar baru setelah kamu putusin.

Iman ada kalanya naik turun.  Ketika iman mu lagi tinggi-tingginya, kamu begitu pasrah dan ikhlas melepaskan. Tapi ketika iman sedang down, kamu merasa begitu sayang dan ingin kembali padanya.

Yakin pada takdir-Nya
Yakin pada takdir atau qadha Allah yang ditetapkan atas diri kita adalah kuncinya. Kita telah berjalan pada rambu-rambu syariat-Nya, maka selebihnya bertawakallah.

Aku ra popo
Iya “aku ra popo”! yakinkan diri bahwa tanpa si doi, kamu baik-baik saja. Jangan mengulang kesalahan yang sama ketika kamu sudah bertekad untuk berubah. Kalo ternyata sikap dan kelakuan kamu masih sama, bukan nama kamu saja yang bakal jelek, tapi citra muslimah dan anak ngaji pun akan tercoreng. Ibarat susu sebelanga, jangan sampai kamu jadi nila yang setitik itu.

Pancangkan tekad kuat bahwa kamu enggak akan tergoda lagi untuk beraktivitas pacaran. Kamu gak akan terbuai oleh maksiat berlebel islam.

Yakin kamu baik-baik saja kok, meski tanpa mantan atau ikhwan jadi-jadian. Jodoh mu sudah tertulis sejak ruh mu ditiupkan. Bahkan Allah telah menjajikan bahwa laki-laki baik untuk perempuan yang baik dan sebaliknya. Kamu gak usah resah dan gelisah masalah jodoh. Toh, kita hidup gak cuma ngurusin masalah satu ini kan? Selama kamu maksimal berikhtiar dengan jalan yang baik dan benar. Jodoh yang datang nanti juga enggak akan jauh dari kualitas dirimu. Yakin aja. :-D HIDUP JOMBLO !!!!






No comments:

Rangkuman Debat Pertama Capres 2024

Anies Baswedan Visi dan Misi 1.        Menempatakan hukum sebagai rujukan utama untuk memastikan hadirnya rasa keadilan memberikan keber...