Sunday 13 July 2014

Dear Pak Prabowo Subianto,

Assalamu a'laikum warohmatullahi wabarokatuh..

Dengan hati yang carut marut saya mengetik kata demi kata dalam surat ini. Bagaimana tidak? Indonesia tengah gamang, terprovokasi oleh berbagai macam opini politik. Masyarakat yang secara sadar telah membuat sekat karena pemilu yang diadakan dalam demokrasi negara ini. Melupakan arti dan makna dari bineka tunggal ika. Melupakan betapa besar pengorbanan dan perihnya para pejuang demi kemerdekaan negara ini. Melupakan tujuan utama bangsa akan kesatuan dan kesejahteraan hanya karena membenarkan berbagaimacam alasan atas pilihan mereka. Belum lagi akan saudara-saudara kita di tanah palestine yang tengah berjihad di jalan Allah. Mempertahankan tanah mereka, tapi kita malah terpecah belah hanya karena demokrasi yang tujuan awalnya untuk kesatuan dan persatuan Negara Republik Indonesia. Yah, bahkan cucuran air mata pun masih tak pantas untuk menggambarkan betapa peliknya hati ini.

Tanggal 9 Juli 2014, yah ini merupakan tanggal bersejarah dalam hidup saya. Mengapa? Karena pada tanggal itu lah pemilu pertama yang saya ikuti dengan semangat para pejuang perang badar. Pemilu pertama yang membuat hati saya kian membara. Pemilu yang berhasil merobohkan tiang Golput yang selama ini sudah berdiri kokoh. Mengingat ini adalah pemilu kedua yang seharusnya saya ikuti. Dan dengan keteguhan hati saya, setelah melewati berbagai proses perenungan dan istikharah saya memilih Bapak Prabowo Subianto dan Pak Hatta Rajasa. 

Banyak pertanyaan yang menghujani saya ketika saya katakan saya memilih no satu di antara teman-teman saya. Tapi saya hanya tersenyum, menerima dengan ikhlas segala macam perkataan buruk mereka tentang Bapak. Bukan saya tidak membela, bukan saya tak berdaya. Tapi saya mengerti akan arti dari kata demokrasi. Yah, setiap orang mempunya pilihan dengan berbagai macam alasan masing-masing. Karena itu saya tak ingin menegakan sekat itu kian kokoh. Semakin mereka menghujat semakin dalam pula keyakinan saya akan Bapak dan Pak hatta. Saya pun sempat berfikir, bisa saja saya adalah salah satu korban dari opini politik dari perang media yang kini telah berlangsung. Bukan politik namanya bila hanya ada satu pilihan kebaikan. Bahkan seseorang pernah berkata pada saya "Sekuat apapun iman seseorang, sejujur dan seteguh apapun dia. Bila terjun ke dalam dunia politik pasti kotor" entah benar atau tidak. Dan terkadang sebaris kalimat itu menjadi alasan saya untuk golput. 

Saya memang tak mengenal Pak Prabowo Subianto dan Pak Hatta Rajasa. Begitupun dengan Pak Joko Widodo dan Pak Yusuf Kalla. Tak pernah berbicara atau sekedar saling sapa. Tapi dengan teguh saya memilih Bapak Prabowo Subianto dan Pak Hatta Rajasa. Atas dasar kesadaran saya akan kondisi Indonesia yang tengah sekarat. Saya yakin Bapak lah yang mampu mengembalikan Indonesia menjadi Indonesia yang sejahtera. 

Tetap teguh,
Apapun yang terjadi tanggal 22 mendatang adalah yang terbaik baik Indonesia. Siapapun Pemimpinnya dialah yang sudah dicatat Allah di Lauhul mahfudz. Walau besar harapan saya yang teriring do'a Bapak lah yang akan membawa Indonesia menuju kesejahteraan. Aamiin.

Fifi Rizky Awaliyah

No comments:

Rangkuman Debat Pertama Capres 2024

Anies Baswedan Visi dan Misi 1.        Menempatakan hukum sebagai rujukan utama untuk memastikan hadirnya rasa keadilan memberikan keber...