Panjang banget ya judulnya,,,
Tapi demi apapun di usia ke 30 ini ujiannya abis-abisan luar biasa bikin gue jungkir balik rasanya seperti dicabut nyawa berkali-kali.
1. Roler koster kesakitan ,
Gak jadi nikah setelah hubungan selama 5 tahun, yang banyak orang awam bilang "kenapa lu tunggu lima tahun kek gak ada laki lain aja?". Ketika kita bicara soal cinta, variable lain menjadi blur. Apalagi gue orangnya setia, yang kalau ada masalah dikepala gue cuma ada "lemme fix this for us, we can get through together". Untuk bisa saling mengenal baik buruk, batas-batas minimal dan maksimal, kebiasaan selama lima tahun ini enggak gampang banget buat dilupakan. Terlebih baru kali ini gue sebagai perempuan dari keluarga betawi, merasa sangat di terima. Sehangat itu, oleh ibunya. Seperti ibu sendiri, bahkan bisa share tentang apapun yang kadang gue suka gak enakan kalau share ke nyokap sendiri. Ketika hubungan ini harus kandas, yang tersakit adalah menerima kenyataan bahwa, gue gak bisa jadi anaknya Ibu Gutty lagi. the strong women. Perempuan biasa dari pedesaan yang berhasil menaklukan jakarta dengan tangan kosong. Hanya bermodal skill dan tekat yang kuat. iya itulah ibu Gutty. Mamanya mantan yang udah seperti ibu sendiri buat gue. Begitu semuanya selesai Ibu bilang "Mba meski mba gak jadi anak ibu, jangan putus komunikasi sama ibu ya mba"
"Iya ibu, fifi tetep fifinya ibu"
sumpah ini adekan tersulit yang harus gue lewatin, se-sayang itu gue sama ibu. huhuh
2. Dijauhin beberapa orang kantor, ceweknya aja.
Tulisan ini gue tunda cukup lama, krn pada saat itu terucap 1 kata aja gak mampu keluar dari mulut gue. ini semua berawal dari kebiasaan makan siang bareng di kantor gue, tepatnya kantor gue terdahulu sebutaja sfi. Gue sangat bersyukur bisa dpercaya pak iven untuk membantu beliau mengurus finance accounting tax di sana. Di sana ada satu orang yang gue bener-bener wanti-wanti ke diri untuk jaga jarak. Karena menurut gue dia cenderung oportunis yang cukup mengesalkan. Karena gue pernah dibikin ribet ama kerjaan dia. Gue udah warning ke Pak Iven jg terkait hal ini.
Singkat cerita, kita yang awalnya cuma ber 5, makan siang bareng, jadi semakin banyak orang. Yang awalnya kita ketawa krn kesalahan dan aib kita, perlahan mulai berubah ketawa krn aib dan kesalahan orang lain, yang orangnya gak ada disitu. cenderung membuli. Bahkan setiap orang yang terlibat gak mikir panjang untuk konfirmasi kebenaran. dan Kemakan opini dan pecaya bergitu saja. ekstremnya sampe dijauhin, gak dilibatian kalau ada acara kantor, gak ditemenin.
karena gue mulai gak nyaman, gue perlahan menjauh dan bener2 terasing dari kelompok itu, gue makan sendiri, ngapa2in sendiri. cuma kerja, makan, pulang. tapi ternyata hal ini bikin mereka justru membuli gue. entah yang diomongin ini apa, yang jelas. gue mulai banyak gak dilibatin, mulai dikasi tatapan sinis, bahkan bawahan gue pun mulai berkhianat. yang bikin keadaan semakin rumit.
ini bener-bener berat.
sesek sekali lewatinnya
sampe gue gaktau lagi rasanya bahagia itu gmn?
