Friday 2 May 2014

Arti Sebuah Nama

#fiktif belaka just have fun :D



Arti Sebuah Nama…

Pipi itulah namaku. Aneh ?, yah memang aneh, akupun merasakanya. Pipi bukan nama yang enak diucapkan sebagai nama panggilan untuk seorang wanita, Pipi lebih  cocok sebagai nama anggota tubuh. Aku pernah complain kepada orang tuaku atas namaku yang begitu rancu. Tetapi jawaban mereka hanya sederatan kata yang yang sangat basi menurut ku, sedangkan bagi mereka mengandung makna mendalam yang mampu mengubah segalanya “atas nama cinta”. Bagi mereka kata “pipi” yang sekarang menjadi namaku sangat bermakna.  Karena kata”pipi” merupakan perpaduan antara nama ayahku Pio dan ibuku Opi. Emang sih gabungan nama mereka Cuma berefek “pipi”, tapi hanya karenahal seperti itu mereka tega memberi nama anaknya dengan kata aneh tak bermakna itu. Padahal nama sangat penting, karena dapat mempengaruhi kepribadian, penampilan, dan aura kecantikan. Pantas saja aku hanya seorang Pipi yang belum pernah punya pacar selamatujuh belas tahun hidup di dunia.
Berbeda dengan teman sebangku ku Jelita. Ia selalu cantik jelita dimana pun ia berada. Percaya atau enggak hampir seluruh cowok di sekolah ku jatuh cinta padanya. Termasuk si blasteran Radit. Anehnya tak satupun diantara cowok-cowok keren itu mampu memikat hati jelita. Padahal setiap hari laci mejanya selalu penuh dengan puisi-puisi cinta yang menyanjung keindahan dirinya. Bahkan, tak jarang ada yang memberinya cincin berlian yang harganya “wah” banget. Tapi tetap aja dia gak tertarik, baginya cowok-cowok keren itu hanyalah selingan penghilang kejenuhan.
Piiooot!!!!....
Begitu mereka memanggilku, bagi mereka ketimbang “Pipi” yang bikin lidah pegal-pegal kalau mengucapkannya. Lebih baik Piot kata lucu yang membuat orang tertawa bila mendengarnya. Sebenarnya tak masalah bagi ku mereka memanggil ku dengan sebutan apa saja, tapi terkadang aku merasa risih bila melihat anak-anak kecil yang mendengar nama panggilanku. Mereka langsung lari ketakutan, katanya sih Pipiot itu nama seorang penyihir jahat dalam cerita negri dongeng yang selalu mengganggu tokoh-tokoh idola mereka. Lagi-lgi persoalan nama…
 Penah suatu hari sepulang sekolah, untuk pertama kalinya ada seorang cowok (walaupun gak ganteng-ganteng amat) menghampiriku.
“Sendiri aja?” ia  memulai pembicaraan, dan aku hanya membalasnya dengan senyuman.
“Mau kemana?” ia kembali bertanya.
“Pu..pulang.” jawabku gugup. Karena emangdeg-degan banget, jadilah sebuah obrolan panjang yang lumayan bagus untuk awal sebuah pendekatan. Setelah lama berbincang-bincang ia menyadari kalau kami belum berkenalan. Dengan tampang yang dirancang biar tampak imut , ia bertanya.
“By the way, bolehkah ku tau namamu ?”
“Namaku Pipi.” Jawabku tingan.
“Hah? Apa? Pipi?” ia mengulangi perkataan ku penuh tanya.
“Iyah Pipi, pe-ii-pe-ii”
“Huuuaaahahahahahhhhh…kenapa gak idung aja sekalian ?” ia tertawa mendengar namaku.
Tak lama kemuadian ia meninggalkan ku sambil tak henti-henti menertawakanku. Jangan-jangan ia ill feel mendengar namaku. Oh god !!, pantas saja aku belum pernah punya pacar. Bagaimana mau punya pacar mendengar namaku saja  mereka langsung tertawa, setelah itu pasti mereka berfikir aku adalah wanita paling aneh di dunia. Jangankan pacaran temenan aja ogah. Itu lah bukti betapa malangnya diriku hanya karena sebuah nama.
Makanya aku sempat berfikir bagaimana caranya mendapatkan seorang pacar tanpa harus mengubah takdirku yang mempunyai nama Pipi. Setelah seharian berfikir keras, aku mendapatkan ide bagus yang lumayan gila. Karena itu tanpa berfikir aku mengambil ponselku dan menggoyangkan jari jemariku.
Aku adalah milik mu…
Aku selalu bersama mu…
Aku ada dimana kamu ada…
Aku sangat dekat dengan ku…
Tapi kamu tak dapat melihatku…
Bila kau tau siapa namaku…
 Maka aku akan jadi pacar mu…
Sebuah teka-teki yang menunjukan dengan jelas siapa namaku. Aku yakin seorang cowok yang dapat menjawab teka-teki ku, bukan seorang cowok yang selalu berfikiran dangkal. Dan aku yakin pasti cowok it mau menerima ku tanpa peduli siapa namaku. Maka ku kirim teka-teki itu ke daftar nomor gak jelas hasil rekayasa ku. Setelah ku rasa pulsa ku mulai tiris, ku hentikan jari jemariku dan duduk santai di depan rumahku sambil menunggu respon dari nomor-nomor yang menjadi daftar dalam ide gilaku.
Hihihiiihihihiii….
Tak lama menunggu ponselku telah berdering nyaring. Dengan digelayuti rasa penasaran segera ku lirik siapa yang membuat ponsel tak henti mengeluarkan suara nyaringnya. Nomor tak dikenal, aku terkejut setengah mati setelah melihat semua pesan dalam inbox ponselku. Karena aku mendapat pesan dari seorang wanita yang cemburu mengetahui suaminya mendpat sms teka-tekiku.
Begitupun seterusnya hampir semua pesan singkat dalam inbox ponselku hanya berisikan sumpah serapah dan mengira aku seorang wanita nakal yang haus akan belaian seorang pria. Idih…amit-amit deh ! karena kejadian itu aku tak mau lagi mencari cowok dalam dunia maya. Dan sekarang aku hanya bisa pasrah dalam takdir hidup ku. Dari otak ku yang pas-pasan, penampilan ku yang gak menarik, sampai punya orang tua yang lebih aneh dari mr, Bean.



***** 


Pagi ini..
Seperti biasa aku dan Jelita sedang sibuk memphoto copy tgas teman ku Rasya. Karena sudah tak diragukan lagi semua tugas yang dikerjain dia pasti dapat nilai seratus. Karena itu pagi ini tak hanya ku dan Jelita yang sibuk memphoto copy tapi seluruh penghuni kelas XII IPA 1 sibuk memphoto copy tugasnya. Ya….bisa dibilang Rasya lah satu-satunya produsen dikelasku dan yang lainnya Cuma konsumen yang tinggal terima jadi.
“Selamat pagi.” Pasha memasuki ruang kelas.
Serentak kegiatan copy mengopy terpaksa harus dihentikan. Dengan mulut menganga pasrah aku menutup buku tulis ku. Soalnya Pasha alias pak Syamsul ini guru yang kler abis, siapapun yang melanggar aturannya bakalan habis-habisan sampe kapok. Suasana kelas pun ku rasakan semakin genting. Tak seorangpun berbisik, bergerak bahkanmengedip.
Namun, suana yang begitu rancu itu berakhir dengan suara histeris kaum hawa begitu melihat seorang pria membuntuti kehadiran Pasha. Charming! Mataku tak mampu untuk mengedip. Di a lebih keren dari si blasteran Radit, kulitnya putih, tinggi, wajahnya bukan cuma ngartis tapi bisa dibilang Nicolas sama Marchel mah lewat. Hingga Jelita yang biasanya selalu cuek dengan cowok sekeren apapun kini terdiam sambil terus memandangi pria itu.
“Pagi..” Sapanya lembut.
“Pagi….”
Pria itu tersenyum, terlihat olehku dua buah lesung pipit yang bersemayam diatas kedua pipinya.
“Anak-anak tolong dengerkan !” teriak Pasha membuyarkan lamunan ku. Otomatis seluruh penghuni kelas diam membisu.
“Bapak akan pergi ke Singapore untuk mewakili sekolah dalam pekan matematika, jadi pak Yayanglah yang akan menggantikan selama bapak pergi.”jelas Pasha sambil berlalu dari kelas. Aku dan Jelita saling tukar pandang seolah tak percaya cowok secharming dia itu guru pengganti. Ku lihat Jelita tampak kecewa dengan hal itu.
“Koq guru yach ?” gumam Jelita.
“Iya, padahalkan keren banget.”
Ku lihat teman-teman wanita ku mulai dari si Lina yang kacamatanya segede baskom sampai Jelita cewek cantik nan jelita, tak henti-henti memangdang sosok pria yang tengah berjalan menuju kursi guru itu.
“Sudah tau nama saya?” tanya pria itu.
“Belum…” teriak seluruh seluruh penghuni kelas XII IPA 1 bersamaan. Ia pun segera mengambil spidol dan menuliskan namanya diatas white board.


_Yayang Prasetyo_

“Kalian bisa panggil saya Yayang.”
“Owh…pak Yayang.” Jelas Jelita mencoba mengingat.
“Bukan bapak, cukup Yayang saja.” Jelasnya tersipu.
“Kenapa ? guru kok gak mau dipanggil bapak?” Selidik Ivant mendengar pernyataan pak Yayang yang sangat mencurigakan itu.
“Soalnya saya sama dengan kalian, sama-sama belajar.” Jelasnya singkat dengan senyum begitu menawan di wajanya.
“Emang umur pak Yayang eh…Ayang berapa?” tanya Jelita dengan suara selembut sutra, biasa jurus jitu seorang cewek untuk tebar pesona.
“Mmm…sembilan belas tahun,”jawabnya singkat malu-malu.
Hari ini aku dan teman-teman seperguruan ku terbebas dari pelajaran matematika yang bikin kepala muter ngalor-ngidul. Karena itu hati kecil ku beraterima kasih banget karena kehadiran guru charming itu, aku selmat dari hukuman Pasha karena belum ngerjain pr. Selain itu guru baru itu charming banget kayanya ini awal yang baik untuk ku memperbaiki nilai matematika ku yang selalu dapat nilai delapan nyengir itu. Tak lama berlalu bel pun berbunyi pertanda waktu yang ku nantikan telah tiba, walaupun tak ada satupun cowok yang ngelirik aku tapi kalau punya temen cewek cantik nan jelita, aku selalu kecepretan rezeki. Kalau gak ditraktir bakso super dasyat mak kantin, syomai goyang ngebor atau batagor balap karung.
Dan kali ini aku ditraktir bakso super pedas mak kantin dan segelas jus avocado, mm…… aku memakannya dengan lahap.
“Hallo..” seruku menanggapi ponselku yang tak henti berdering.
“…….”
“Siapa sih lo?” tanyaku sembari menahan rasa pedas di mulutku.
Nut….nut…nut…
“Sialan !” gerutuku sambil melanjutkan santap siangku.
“Ada apa sih ?” tanya Jelita menyadari kemarahanku.
“Nothing.”jawabku sambil terus menggenggam ponselku.
“Paling Cuma orang iseng.”


*****


Yayang prasetyo guru pengganti super charming itu bener-bener laris, baru kemarin masuk di kelas ku dan sekarang sudah menjadi buah bibir SMA Teratai Putih.  Bahkan bu Wiji yang sudah mengapdikan diri sebagai guru selama empat puluh tahunpun masih tetsp gencsr gosipin guru charming itu. Kalau aku boleh jujur akupun ngefens_kagum_ kepadanya Cuma aku harus tetap memenjarakan hatiku. Karena bisa dibilang tak ada cinta yang pantas untuk seorang macam aku. Dan aku tahu pasti akhirnya hati ku yang hancur lebur. Jika hati ku lolos dari penjara dan mencintai guru pengganti itu, aku tak akan mempunyai kekuatan untuk bersaing dengan cewek-cewek cantik macam Jelita.
“Itu kan guru baru itu..”
Fikirku melihat guru pengganti itu berjalan dengan cepat menujukelas ku, what??? KELAS KU????. Oh my god, aku lupa sekarang adalah hari keramat untuk kelasku, yaitu hari kamis karena dihari kamis pelajaran matematika mendapat jadwal paling awal. Segera aku kerahkan seluruh tenagaku untuk berlari melewati lorong dan sebuah kantin agar bisa secepat mungkin sampai di kelasku. Sejenak ku hentikan langkah mengatur nafas. Ku lirik keadaan di dalam kelas melalui celah-celah kecil kunci pada gagang pintu. Terlihat oleh ku mr. Charming memanggil nama mereka satu persatu. Ku pejamkan mataku dan ku tarik nafas dalam-dalam, dengan perasaan yang campur aduk aku membuka pintu.
Krekekh……(dagdigdug,dagdigdug,dagdigdug )
Semua mata tertuju pada ku termasuk mr. Charming itu, jantung ku berdetak semakin cepat, tubuhku bergetar dan perlahan ku rasakan butiran keringat dingin mengalir dengan deras diatas tubuhku.
“Silakan masuk !” perintahnya tanpa menatapku. Dengan perasaan tak menentu ku lenggangkan kaki ku menuju bangku kosong disebelah Jelita.
“Eh, mau kemana kamu?” tanya mr. Charming itu,
“Mm….mau duduk pak.”jawabku singkat.
“Siapa yang memsilahkan kamu untuk duduk ? sini dulu saya mau beri kamu hukuman.” Jelasnya sambil menghampiriku dan menarik lengan pendek baju seragamku. Entah mengapa aku sangat tak berdaya dan mengikuti perintahnya untuk berdiri di tengah pandangan teman-teman ku.
“Sebagai hukumannya kamu harus menyanyikan sebuah lagu.”  Jelasnya.
Dan tak dielakan lagi tawa ledekan teman-teman ku pun meledak dalam ruangan kelasku. Dengan sengaja ku tundukan pandanganku karena bisa dipastikan wajahku merah padam menahan malu.
“Eh mengapa kamu menunduk ?” tanya mr. Charming itu sambil menghentakan daguku ke atas dengan sebuah buku.
“Nama kamu siapa ?” tambahnya sambil terus memandangiku dengan pandangan pembunuh.
“Mm…m…mm…” aku ragu untuk mengucapkan kata menyebalkan itu, bila ku ucapkan aku yakin semuanya akan menjadi berantakan.
“Kok diem ? siapa nama kamu ?” ulangnya semakin geram.
“Pipi.” Jawab ku.
“Ada apa dengan pipi kamu ?”
“Nama saya Pipi, bukan ada sesuatu dengan pipi saya, PUAS!!!!” jelasku ketus, kini tak ku jamin mataku mampu menahan genangan air  di mataku.
“O…nama kamu Pipi.” Mr. Charming itu berputar-putar mengelilingiku sambil menutup kedua matanya seolah berusaha memikirkan sesuatu. MENYEBALKAN.
“Sekarang kamu tidak perlu menyanyi, tapi nanti usai pelajaran saya kamu harus ke ruangan saya dan kamu rapikan buku-buku yang berserakan disana.” Jelas mr. Charming itu dan berlalu menuju kursinya. Tanpa ragu lansung ku langkahkan kakiku menuju tempat duduk ku yang tak jauh dari tempat ku berdiri. Sejenak ku terhanyut dalam lamunanku, ku rasakan mr Charming itu tak terkejut mendengar namaku. Baru kali ini kata keramat itu tak berimbas sial untuk ku. Walaupun demikian tetap saja aku menderita mendapat nama aneh seperti itu.


***** 


Jelita makin aneh aja ! kerjaannya melamun mulu, senyam-senyum sendiri dan yang bikin aku tambah aneh nilai matematikanya yang biasanya bebek itu sekarang jadi angka enam jungkir balik. Keren kan ? sementara aku tak ada perubahan sama sekali, dari dulu delapan nyengir mulu. Padahal perkiraan ku kalau gurunya keren akan ningkatin semangat belajar tapi ternyata itu semua gak ngaruh. Selain itu Jelita juga jadi sensitif banget sama cowok. Dia gak pernah tersentum bila berpapasan dengan cowok, kecuali… yah, itu dia mr. Charming si guru pengganti itu. Ternyata diantara cowok-cowok keren yang bisa ngeluluhin hati Jelita cuma si Charming.
Setelah melalui puluhan menit di kelas mendengarkan ocehan mr. Charming itu, aku segera pergi menuju ruangannya.
Tok…tok…tok….
“Silahkan masuk.!”
Terdengar oleh ku suara berat seorang pria , dan aku yakin itu adalah suara si empunya ruangan.
“Bersih.”desahku mengamati ruangan itu. Ku lihat mr. Charming duduk disebuah kursi membelakangiku.
“Mana buku-buku yang berserakan ?” bisik ku dalam hati melihat buku-buku yang sudah tertata rapi. Si guru pengganti memutar kursinya menyadari kehadiran ku.
“Aku sudah tau jawabannya.”
“Ja…jawaban ?” aku tak mengerti.
 “Yach..nona teka-teki.”
“………..” aku tetap tak memahami maksud mr. Charming itu.
“Dan bila aku beri tahu jawaban itu, imbalannya masih tetap berlaku kan?” selidiknya.
Sementara aku berusaha membuka file-file yang berada dalam otak ku untuk mencoba mencerna perkataan mr charming itu.  Tak lama kemudian aku melihat ia mengeluarkan sebuah ponsel dari saku celananya.
Aku adalah milik mu…
Aku selalu bersama mu…
Aku ada dimana kamu ada…
Aku sangat dekat dengan ku…
Tapi kamu tak dapat melihatku…
Bila kau tau siapa namaku…
 Maka aku akan jadi pacar mu…”

Deg, deg, deg_
Jantungku seakan berhenti berdetak, pesan singkat teka-teki ku itu sampai pada mr. Charming. Seketika mulut ku terasa begitu kelu tak mampu berbicara sedikitpun membayangkan betapa beratnya hukuman yang akan ku dapat.
“Jawaban dari teka-teki itu adalah nama kamu, Pipi.” Jelasnya.
Aku semakin tak berkutik, oh my god ! kenapa harus begini jadinya?. Sekujur tubuh ku kini mulai lemas.
“Berarti sekarang kamu jadi pacar ku.” Desahnya lembut seraya menghampiriku.
“Pa…pa…pacar ?” ulangku tak percaya.
“Koq bpk tau kalau yang kirim sms itu saya.” Tanya ku ragu.
“Soalnya Cuma kamu wanita yang namnya Pipi, sebenarnya saya sudah cari wanita yang namanya Pipi, tapi hasilnya nihil. Jadi saat kamu bilang nama kamu, saya langsung yakin amu adalah wanita dalam teka-teki itu.”
“Tap..”
“Jangan tanyakan caraku memecahkan teka-teki itu.” Sergahnya memotong kata-kata ku.
Ya ampun, aku punya pacar se charming itu, sungguh sulit untuk dipercaya. Ku kira sebuah hukuman double yang akan ku dapat, karena kecentilan ku menyebarkan teka-teki itu.
“Emang gak malu punya pacar namanya Pipi, kata aneh gak bermakna itu ?”
“Apalah arti sebuah nama.”jawabnya tegas.
Aku masih tejebak dalam kebahagian yang tak mampu ku mengerti, untuk membawa seluruh tubuhku pada kesadaran diri. Aku hanya memejamkan mataku, ku rasakan bibirnya menyentuh bibirku.
“KALIAN..?” teriak seorang wanita yang suaranya begitu lekat ditelingaku. Jelita memaku dalam keterkejutannya. Ia memasang wajah tak percaya dan tak berdaya. Sejenak memandang ia langsung berlari menjauh.
Sejenak mr. Charming menatapku dan begitupun aku menatap matanya lekat. Sungguh tak mampu ku bayangkan betapa hancur hati Jelita. Seorang pria yang mampu membuatnya merasakan cinta malah tertngkap basah bermesraan dengan sahabatnya sendiri.
“Oh..my god! Make me be strong please…” bisik hatiku mulai melangkahkan kaki keluar dari ruangan yang menjadi saksi cinta ku dan mr. Charming itu.


*****


Seminggu berlalu, Jelita masih bungkam dan tak berbicara dengan ku. Aku mulai kehabisan cara untuk memulai pembicaraan dan meminta maaf pada Jelita. Aku tak ingin menyakiti hati sahabatku tapi aku pula tak mampu meninggalkan cinta pertama ku.
DRrtt…drrrrrrrttt…..dddddddrrttt…..
Ponsel ku berdering di tengah keputus asaanku, tanpa melihat siempunya asal ku jawab panggilan itu.
“Hallo.” Kata ku parau.
“Piot.?” Tanya suara disebrang.
“Jelita ?” tanya ku terkejut menyadari suara yang khas itu.
“Yeach..” jawabnya singkat.
“Jel gue..”
“Ssst..Piot, Gue jadian sama Radit.” Jelasnya dengan suara yang nampak bahagia.
“Oiia??” tanyaku tak percaya.
“Hu.uh..”
“Loe gak marah soal yayang?”
“Marah ? malah gue mau ngjakin lu double date malem minggu besok.”
“Serius?”
“Serius…” katanya mengakhiri pembicaraan.
Malam minggu pun tiba .
Aku memakai gaun biru atas lutut sementara Yayang tetap dengan gaya cool nya. Kami makan malam di sebuah restoran terkenal di Jakarta. Dibawah siraman cahaya bintang yang begitu mempesona ku berdansa dengan diiringi alunan lagu romantis.
“Gak nyesel ?” bisik ku pada yayang mencoba untuk meyakinka.
“Cinta itu hadir bukan karena nama, jabatan, harta dan semacamnya. Tapi cinta itu hadir karena hati.” Jelasnya sambil berbisik. Ku rebakan kepalaku diatas dadanya, mencoba merasakan getar cinta antara aku dan dia.

_THE END_

No comments:

Rangkuman Debat Pertama Capres 2024

Anies Baswedan Visi dan Misi 1.        Menempatakan hukum sebagai rujukan utama untuk memastikan hadirnya rasa keadilan memberikan keber...