Arti Sebuah
Nama…
Pipi itulah namaku. Aneh ?, yah memang aneh, akupun merasakanya. Pipi
bukan nama yang enak diucapkan sebagai nama panggilan untuk seorang wanita,
Pipi lebih cocok sebagai nama anggota
tubuh. Aku pernah complain kepada orang tuaku atas namaku yang begitu rancu.
Tetapi jawaban mereka hanya sederatan kata yang yang sangat basi menurut ku,
sedangkan bagi mereka mengandung makna mendalam yang mampu mengubah segalanya
“atas nama cinta”. Bagi mereka kata “pipi” yang sekarang menjadi namaku sangat
bermakna. Karena kata”pipi” merupakan
perpaduan antara nama ayahku Pio dan ibuku Opi. Emang sih gabungan nama mereka
Cuma berefek “pipi”, tapi hanya karenahal seperti itu mereka tega memberi nama
anaknya dengan kata aneh tak bermakna itu. Padahal nama sangat penting, karena
dapat mempengaruhi kepribadian, penampilan, dan aura kecantikan. Pantas saja
aku hanya seorang Pipi yang belum pernah punya pacar selamatujuh belas tahun
hidup di dunia.
Berbeda dengan teman sebangku ku Jelita. Ia selalu cantik jelita dimana
pun ia berada. Percaya atau enggak hampir seluruh cowok di sekolah ku jatuh
cinta padanya. Termasuk si blasteran Radit. Anehnya tak satupun diantara
cowok-cowok keren itu mampu memikat hati jelita. Padahal setiap hari laci
mejanya selalu penuh dengan puisi-puisi cinta yang menyanjung keindahan
dirinya. Bahkan, tak jarang ada yang memberinya cincin berlian yang harganya
“wah” banget. Tapi tetap aja dia gak tertarik, baginya cowok-cowok keren itu
hanyalah selingan penghilang kejenuhan.
Piiooot!!!!....
Begitu mereka memanggilku, bagi mereka ketimbang “Pipi” yang bikin lidah
pegal-pegal kalau mengucapkannya. Lebih baik Piot kata lucu yang membuat orang
tertawa bila mendengarnya. Sebenarnya tak masalah bagi ku mereka memanggil ku
dengan sebutan apa saja, tapi terkadang aku merasa risih bila melihat anak-anak
kecil yang mendengar nama panggilanku. Mereka langsung lari ketakutan, katanya
sih Pipiot itu nama seorang penyihir jahat dalam cerita negri dongeng yang
selalu mengganggu tokoh-tokoh idola mereka. Lagi-lgi persoalan nama…
Penah suatu hari sepulang sekolah,
untuk pertama kalinya ada seorang cowok (walaupun gak ganteng-ganteng amat)
menghampiriku.
“Sendiri aja?” ia memulai
pembicaraan, dan aku hanya membalasnya dengan senyuman.
“Mau kemana?” ia kembali bertanya.
“Pu..pulang.” jawabku gugup. Karena emangdeg-degan banget, jadilah sebuah
obrolan panjang yang lumayan bagus untuk awal sebuah pendekatan. Setelah lama
berbincang-bincang ia menyadari kalau kami belum berkenalan. Dengan tampang
yang dirancang biar tampak imut , ia bertanya.
“By the way, bolehkah ku tau namamu ?”
“Namaku Pipi.” Jawabku tingan.
“Hah? Apa? Pipi?” ia mengulangi perkataan ku penuh tanya.
“Iyah Pipi, pe-ii-pe-ii”
“Huuuaaahahahahahhhhh…kenapa gak idung aja sekalian ?” ia tertawa mendengar
namaku.
Tak lama kemuadian ia meninggalkan ku sambil tak henti-henti
menertawakanku. Jangan-jangan ia ill feel mendengar namaku. Oh god !!, pantas
saja aku belum pernah punya pacar. Bagaimana mau punya pacar mendengar namaku
saja mereka langsung tertawa, setelah
itu pasti mereka berfikir aku adalah wanita paling aneh di dunia. Jangankan
pacaran temenan aja ogah. Itu lah bukti betapa malangnya diriku hanya karena
sebuah nama.
Makanya aku sempat berfikir bagaimana caranya mendapatkan seorang pacar
tanpa harus mengubah takdirku yang mempunyai nama Pipi. Setelah seharian
berfikir keras, aku mendapatkan ide bagus yang lumayan gila. Karena itu tanpa
berfikir aku mengambil ponselku dan menggoyangkan jari jemariku.
Aku adalah milik mu…
Aku selalu bersama mu…
Aku ada dimana kamu ada…
Aku sangat dekat dengan ku…
Tapi kamu tak dapat melihatku…
Bila kau tau siapa namaku…
Maka aku akan jadi pacar mu…
Sebuah teka-teki yang menunjukan dengan jelas siapa namaku. Aku yakin
seorang cowok yang dapat menjawab teka-teki ku, bukan seorang cowok yang selalu
berfikiran dangkal. Dan aku yakin pasti cowok it mau menerima ku tanpa peduli
siapa namaku. Maka ku kirim teka-teki itu ke daftar nomor gak jelas hasil
rekayasa ku. Setelah ku rasa pulsa ku mulai tiris, ku hentikan jari jemariku
dan duduk santai di depan rumahku sambil menunggu respon dari nomor-nomor yang
menjadi daftar dalam ide gilaku.
Hihihiiihihihiii….
Tak lama menunggu ponselku telah berdering nyaring. Dengan digelayuti
rasa penasaran segera ku lirik siapa yang membuat ponsel tak henti mengeluarkan
suara nyaringnya. Nomor tak dikenal, aku terkejut setengah mati setelah melihat
semua pesan dalam inbox ponselku. Karena aku mendapat pesan dari seorang wanita
yang cemburu mengetahui suaminya mendpat sms teka-tekiku.
Begitupun seterusnya hampir semua pesan singkat dalam inbox ponselku
hanya berisikan sumpah serapah dan mengira aku seorang wanita nakal yang haus
akan belaian seorang pria. Idih…amit-amit deh ! karena kejadian itu aku tak mau
lagi mencari cowok dalam dunia maya. Dan sekarang aku hanya bisa pasrah dalam
takdir hidup ku. Dari otak ku yang pas-pasan, penampilan ku yang gak menarik,
sampai punya orang tua yang lebih aneh dari mr, Bean.
*****
Pagi ini..
Seperti biasa aku dan Jelita sedang sibuk memphoto copy tgas
teman ku Rasya. Karena sudah tak diragukan lagi semua tugas yang dikerjain dia
pasti dapat nilai seratus. Karena itu pagi ini tak hanya ku dan Jelita yang
sibuk memphoto copy tapi seluruh penghuni kelas XII IPA 1 sibuk memphoto copy
tugasnya. Ya….bisa dibilang Rasya lah satu-satunya produsen dikelasku dan yang
lainnya Cuma konsumen yang tinggal terima jadi.
“Selamat pagi.” Pasha memasuki ruang kelas.
Serentak kegiatan copy mengopy terpaksa harus
dihentikan. Dengan mulut menganga pasrah aku menutup buku tulis ku. Soalnya
Pasha alias pak Syamsul ini guru yang kler abis, siapapun yang melanggar
aturannya bakalan habis-habisan sampe kapok. Suasana kelas pun ku rasakan
semakin genting. Tak seorangpun berbisik, bergerak bahkanmengedip.
Namun, suana yang begitu rancu itu berakhir dengan suara
histeris kaum hawa begitu melihat seorang pria membuntuti kehadiran Pasha.
Charming! Mataku tak mampu untuk mengedip. Di a lebih keren dari si blasteran
Radit, kulitnya putih, tinggi, wajahnya bukan cuma ngartis tapi bisa dibilang
Nicolas sama Marchel mah lewat. Hingga Jelita yang biasanya selalu cuek dengan
cowok sekeren apapun kini terdiam sambil terus memandangi pria itu.
“Pagi..” Sapanya lembut.
“Pagi….”
Pria itu tersenyum, terlihat olehku dua buah lesung
pipit yang bersemayam diatas kedua pipinya.
“Anak-anak tolong dengerkan !” teriak Pasha membuyarkan
lamunan ku. Otomatis seluruh penghuni kelas diam membisu.
“Bapak akan pergi ke Singapore untuk mewakili sekolah
dalam pekan matematika, jadi pak Yayanglah yang akan menggantikan selama bapak
pergi.”jelas Pasha sambil berlalu dari kelas. Aku dan Jelita saling tukar
pandang seolah tak percaya cowok secharming dia itu guru pengganti. Ku lihat
Jelita tampak kecewa dengan hal itu.
“Koq guru yach ?” gumam Jelita.
“Iya, padahalkan keren banget.”
Ku lihat teman-teman wanita ku mulai dari si Lina yang
kacamatanya segede baskom sampai Jelita cewek cantik nan jelita, tak
henti-henti memangdang sosok pria yang tengah berjalan menuju kursi guru itu.
“Sudah tau nama saya?” tanya pria itu.
“Belum…” teriak seluruh seluruh penghuni kelas XII IPA 1
bersamaan. Ia pun segera mengambil spidol dan menuliskan namanya diatas white
board.
_Yayang Prasetyo_
“Kalian bisa panggil saya Yayang.”
“Owh…pak Yayang.” Jelas Jelita mencoba mengingat.
“Bukan bapak, cukup Yayang saja.” Jelasnya tersipu.
“Kenapa ? guru kok gak mau dipanggil bapak?” Selidik
Ivant mendengar pernyataan pak Yayang yang sangat mencurigakan itu.
“Soalnya saya sama dengan kalian, sama-sama belajar.”
Jelasnya singkat dengan senyum begitu menawan di wajanya.
“Emang umur pak Yayang eh…Ayang berapa?” tanya Jelita
dengan suara selembut sutra, biasa jurus jitu seorang cewek untuk tebar pesona.
“Mmm…sembilan belas tahun,”jawabnya singkat malu-malu.
Hari ini aku dan teman-teman seperguruan ku terbebas
dari pelajaran matematika yang bikin kepala muter ngalor-ngidul. Karena itu
hati kecil ku beraterima kasih banget karena kehadiran guru charming itu, aku
selmat dari hukuman Pasha karena belum ngerjain pr. Selain itu guru baru itu
charming banget kayanya ini awal yang baik untuk ku memperbaiki nilai
matematika ku yang selalu dapat nilai delapan nyengir itu. Tak lama berlalu bel pun berbunyi pertanda waktu yang
ku nantikan telah tiba, walaupun tak ada satupun cowok yang ngelirik aku tapi
kalau punya temen cewek cantik nan jelita, aku selalu kecepretan rezeki. Kalau
gak ditraktir bakso super dasyat mak kantin, syomai goyang ngebor atau batagor
balap karung.
Dan kali ini aku ditraktir bakso super pedas mak kantin
dan segelas jus avocado, mm…… aku memakannya dengan lahap.
“Hallo..” seruku menanggapi ponselku yang tak henti
berdering.
“…….”
“Siapa sih lo?” tanyaku sembari menahan rasa pedas di
mulutku.
Nut….nut…nut…
“Sialan !” gerutuku sambil melanjutkan santap siangku.
“Ada
apa sih ?” tanya Jelita menyadari kemarahanku.
“Nothing.”jawabku sambil terus menggenggam ponselku.
“Paling Cuma orang iseng.”
*****
Yayang prasetyo guru pengganti super charming itu
bener-bener laris, baru kemarin masuk di kelas ku dan sekarang sudah menjadi
buah bibir SMA Teratai Putih. Bahkan bu
Wiji yang sudah mengapdikan diri sebagai guru selama empat puluh tahunpun masih
tetsp gencsr gosipin guru charming itu. Kalau aku boleh jujur akupun
ngefens_kagum_ kepadanya Cuma aku harus tetap memenjarakan hatiku. Karena bisa
dibilang tak ada cinta yang pantas untuk seorang macam aku. Dan aku tahu pasti
akhirnya hati ku yang hancur lebur. Jika hati ku lolos dari penjara dan
mencintai guru pengganti itu, aku tak akan mempunyai kekuatan untuk bersaing
dengan cewek-cewek cantik macam Jelita.
“Itu kan
guru baru itu..”
Fikirku melihat guru pengganti itu berjalan dengan cepat
menujukelas ku, what??? KELAS KU????. Oh my god, aku lupa sekarang adalah hari
keramat untuk kelasku, yaitu hari kamis karena dihari kamis pelajaran
matematika mendapat jadwal paling awal. Segera aku kerahkan seluruh tenagaku
untuk berlari melewati lorong dan sebuah kantin agar bisa secepat mungkin
sampai di kelasku. Sejenak ku hentikan langkah mengatur nafas. Ku lirik keadaan
di dalam kelas melalui celah-celah kecil kunci pada gagang pintu. Terlihat oleh
ku mr. Charming memanggil nama mereka satu persatu. Ku pejamkan mataku dan ku
tarik nafas dalam-dalam, dengan perasaan yang campur aduk aku membuka pintu.
Krekekh……(dagdigdug,dagdigdug,dagdigdug
)
Semua mata tertuju pada ku termasuk mr. Charming itu,
jantung ku berdetak semakin cepat, tubuhku bergetar dan perlahan ku rasakan
butiran keringat dingin mengalir dengan deras diatas tubuhku.
“Silakan masuk !” perintahnya tanpa menatapku. Dengan
perasaan tak menentu ku lenggangkan kaki ku menuju bangku kosong disebelah
Jelita.
“Eh, mau kemana kamu?” tanya mr. Charming itu,
“Mm….mau duduk pak.”jawabku singkat.
“Siapa yang memsilahkan kamu untuk duduk ? sini dulu
saya mau beri kamu hukuman.” Jelasnya sambil menghampiriku dan menarik lengan
pendek baju seragamku. Entah mengapa aku sangat tak berdaya dan mengikuti
perintahnya untuk berdiri di tengah pandangan teman-teman ku.
“Sebagai hukumannya kamu harus menyanyikan sebuah
lagu.” Jelasnya.
Dan tak dielakan lagi tawa ledekan teman-teman ku pun
meledak dalam ruangan kelasku. Dengan sengaja ku tundukan pandanganku karena
bisa dipastikan wajahku merah padam menahan malu.
“Eh mengapa kamu menunduk ?” tanya mr. Charming itu
sambil menghentakan daguku ke atas dengan sebuah buku.
“Nama kamu siapa ?” tambahnya sambil terus memandangiku
dengan pandangan pembunuh.
“Mm…m…mm…” aku ragu untuk mengucapkan kata menyebalkan
itu, bila ku ucapkan aku yakin semuanya akan menjadi berantakan.
“Kok diem ? siapa nama kamu ?” ulangnya semakin geram.
“Pipi.” Jawab ku.
“Ada
apa dengan pipi kamu ?”
“Nama saya Pipi, bukan ada sesuatu dengan pipi saya,
PUAS!!!!” jelasku ketus, kini tak ku jamin mataku mampu menahan genangan
air di mataku.
“O…nama kamu Pipi.” Mr. Charming itu berputar-putar
mengelilingiku sambil menutup kedua matanya seolah berusaha memikirkan sesuatu.
MENYEBALKAN.
“Sekarang kamu tidak perlu menyanyi, tapi nanti usai
pelajaran saya kamu harus ke ruangan saya dan kamu rapikan buku-buku yang
berserakan disana.” Jelas mr. Charming itu dan berlalu menuju kursinya. Tanpa
ragu lansung ku langkahkan kakiku menuju tempat duduk ku yang tak jauh dari
tempat ku berdiri. Sejenak ku terhanyut dalam lamunanku, ku rasakan mr Charming
itu tak terkejut mendengar namaku. Baru kali ini kata keramat itu tak berimbas
sial untuk ku. Walaupun demikian tetap saja aku menderita mendapat nama aneh
seperti itu.
*****
Jelita makin aneh aja ! kerjaannya melamun mulu,
senyam-senyum sendiri dan yang bikin aku tambah aneh nilai matematikanya yang
biasanya bebek itu sekarang jadi angka enam jungkir balik. Keren kan ? sementara aku tak
ada perubahan sama sekali, dari dulu delapan nyengir mulu. Padahal perkiraan ku
kalau gurunya keren akan ningkatin semangat belajar tapi ternyata itu semua gak
ngaruh. Selain itu Jelita juga jadi sensitif banget sama cowok. Dia gak pernah
tersentum bila berpapasan dengan cowok, kecuali… yah, itu dia mr. Charming si
guru pengganti itu. Ternyata diantara cowok-cowok keren yang bisa ngeluluhin
hati Jelita cuma si Charming.
Setelah melalui puluhan menit di kelas mendengarkan
ocehan mr. Charming itu, aku segera pergi menuju ruangannya.
Tok…tok…tok….
“Silahkan masuk.!”
Terdengar oleh ku suara berat seorang pria , dan aku
yakin itu adalah suara si empunya ruangan.
“Bersih.”desahku mengamati ruangan itu. Ku lihat mr.
Charming duduk disebuah kursi membelakangiku.
“Mana buku-buku yang berserakan ?” bisik ku dalam hati
melihat buku-buku yang sudah tertata rapi. Si guru pengganti memutar kursinya
menyadari kehadiran ku.
“Aku sudah tau jawabannya.”
“Ja…jawaban ?” aku tak mengerti.
“Yach..nona
teka-teki.”
“………..” aku tetap tak memahami maksud mr. Charming itu.
“Dan bila aku beri tahu jawaban itu, imbalannya masih
tetap berlaku kan?”
selidiknya.
Sementara aku berusaha membuka file-file yang berada dalam
otak ku untuk mencoba mencerna perkataan mr charming itu. Tak lama kemudian aku melihat ia mengeluarkan
sebuah ponsel dari saku celananya.
“Aku adalah milik mu…
Aku selalu bersama mu…
Aku ada dimana kamu ada…
Aku sangat dekat dengan ku…
Tapi kamu tak dapat melihatku…
Bila kau tau siapa namaku…
Maka aku akan jadi pacar mu…”
Deg, deg, deg_
Jantungku seakan berhenti berdetak, pesan singkat
teka-teki ku itu sampai pada mr. Charming. Seketika mulut ku terasa begitu kelu
tak mampu berbicara sedikitpun membayangkan betapa beratnya hukuman yang akan
ku dapat.
“Jawaban dari teka-teki itu adalah nama kamu, Pipi.”
Jelasnya.
Aku semakin tak berkutik, oh my god ! kenapa harus
begini jadinya?. Sekujur tubuh ku kini mulai lemas.
“Berarti sekarang kamu jadi pacar ku.” Desahnya lembut
seraya menghampiriku.
“Pa…pa…pacar ?” ulangku tak percaya.
“Koq bpk tau kalau yang kirim sms itu saya.” Tanya ku
ragu.
“Soalnya Cuma kamu wanita yang namnya Pipi, sebenarnya
saya sudah cari wanita yang namanya Pipi, tapi hasilnya nihil. Jadi saat kamu
bilang nama kamu, saya langsung yakin amu adalah wanita dalam teka-teki itu.”
“Tap..”
“Jangan tanyakan caraku memecahkan teka-teki itu.”
Sergahnya memotong kata-kata ku.
Ya ampun, aku punya pacar se charming itu, sungguh sulit
untuk dipercaya. Ku kira sebuah hukuman double yang akan ku dapat, karena
kecentilan ku menyebarkan teka-teki itu.
“Emang gak malu punya pacar namanya Pipi, kata aneh gak
bermakna itu ?”
“Apalah arti sebuah nama.”jawabnya tegas.
Aku masih tejebak dalam kebahagian yang tak mampu ku
mengerti, untuk membawa seluruh tubuhku pada kesadaran diri. Aku hanya
memejamkan mataku, ku rasakan bibirnya menyentuh bibirku.
“KALIAN..?” teriak seorang wanita yang suaranya begitu
lekat ditelingaku. Jelita memaku dalam keterkejutannya. Ia memasang wajah tak
percaya dan tak berdaya. Sejenak memandang ia langsung berlari menjauh.
Sejenak mr. Charming menatapku dan begitupun aku menatap
matanya lekat. Sungguh tak mampu ku bayangkan betapa hancur hati Jelita.
Seorang pria yang mampu membuatnya merasakan cinta malah tertngkap basah
bermesraan dengan sahabatnya sendiri.
“Oh..my god! Make me be strong please…” bisik hatiku
mulai melangkahkan kaki keluar dari ruangan yang menjadi saksi cinta ku dan mr.
Charming itu.
*****
Seminggu berlalu, Jelita masih bungkam dan tak berbicara
dengan ku. Aku mulai kehabisan cara untuk memulai pembicaraan dan meminta maaf
pada Jelita. Aku tak ingin menyakiti hati sahabatku tapi aku pula tak mampu
meninggalkan cinta pertama ku.
DRrtt…drrrrrrrttt…..dddddddrrttt…..
Ponsel ku berdering di tengah keputus asaanku, tanpa
melihat siempunya asal ku jawab panggilan itu.
“Hallo.” Kata ku parau.
“Piot.?” Tanya suara disebrang.
“Jelita ?” tanya ku terkejut menyadari suara yang khas
itu.
“Yeach..” jawabnya singkat.
“Jel gue..”
“Ssst..Piot, Gue jadian sama Radit.” Jelasnya dengan
suara yang nampak bahagia.
“Oiia??” tanyaku tak percaya.
“Hu.uh..”
“Loe gak marah soal yayang?”
“Marah ? malah gue mau ngjakin lu double date malem
minggu besok.”
“Serius?”
“Serius…” katanya mengakhiri pembicaraan.
Malam minggu pun tiba .
Aku memakai gaun biru atas lutut sementara Yayang tetap
dengan gaya
cool nya. Kami makan malam di sebuah restoran terkenal di Jakarta. Dibawah siraman cahaya bintang yang
begitu mempesona ku berdansa dengan diiringi alunan lagu romantis.
“Gak nyesel ?” bisik ku pada yayang mencoba untuk
meyakinka.
“Cinta itu hadir bukan karena nama, jabatan, harta dan
semacamnya. Tapi cinta itu hadir karena hati.” Jelasnya sambil berbisik. Ku
rebakan kepalaku diatas dadanya, mencoba merasakan getar cinta antara aku dan
dia.
_THE END_
No comments:
Post a Comment