Wednesday 19 October 2011

Untuk adik ku tersayang Alwie Abdul Aziz

De.. kenap wajah mu tampak muram??
Apa karena kau tak menyukai arti dari kehidupan ini??
De…. Mengapa kau palingkan wajah mu??
Apa karena kau tak mengerti arti dari sebuah kenyataan??
De.. Mangapa kau menangis??
Mengapa kau begitu angkuh??
Mengapa selalu kata-kata kasar yang selalu keluar dari mulut mu………

De…. Seharusnya kamu bersyukur…
kehidupan mu tak seburuk yang kau kira, perjuangan mu pun tak sepahit yang kau rasa…
Keangkuhanmu itulah yang membuat mu semakin tersiksa….

De..perlu kamu tahu…
Kondisimu saat ini bukanlah hal yang paling buruk, bukan hal yang paling menyakitkan hingga kau berkata bahwa saat ini kau sangat menderita. Dulu saat pertama kali aku memasuki bangku sekolah dasar, aku hanya diantar oleh ibu saat hari pertama saja. Sementara yang lain selalu diantar setiap hari, hingga bila ada hal yang tidak mereka mengerti, atau hal yang mengusik mereka, mereka langsung meminta pertolongan pada orang tua mereka. Begitu pun diri mu ibu hampir setiap hari mengantar mu ke sekolah, saat bangun tidur kau hanya perlu mandi dan memakai baju yang sudah tersedia. Sementara aku, harus mencuci, dan menyetrika bajuku sendiri agar bisa ke sekolah dengan rapi. Setiap kali ada PR aku harus berkutik dan memutar otak ku sendiri, karena setiap kali aku bertanya pada ibu atau ayah mereka selalu berkata “kamu yang sekolah kok nanya ke ayah/ibu vie..” sementara kamu selalu ada aku yang akan member penerangan dan bantuan saat kamu butuhkan. Mungkin karena aku anak pertama dan aku seorang wanita jadi ibu dan ayah mendidik ku harus lebih mandiri, tapi tau kah kamu terkadang semua itu membuat ku sedih.
Setiap kali ada pengambilan raport apakah ibu/ayah mengambikannya untuk ku?? TIDAK, aku yang mengambilnya sendiri. Hingga setiap kali aku mendapat peringkat pertama atau hanya masuk dalam tiga besar mereka tak pernah tahu….tak pernah tahu. Terkadang aku meresa iri dengan teman-teman sekelas ku yang hanya mendapat peringkat sepuluh sekalipun dibelikan hadiah. Sementara aku ?? tahu pun tidak mereka. Begitu pun ketika aku lulus dan masuk ke sekolah baru dalam tingkat Stanawiyah (SMP) dari pengambilan ijazah sampai daftar, tes, aku melakukannya sendiri. Sementara kamu ibu selalu mengantar mu, membantu mu, memperhatikan mu. Apa dengan semua ini kau masih berkata ibu tak sayang pada mu??. Perlu kamu tahu dek….selama duduk di bangku Stanawiyah pun ibu tetap tak perduli dengan semua nilai dan prestasi ku. Ibu dan Ayah tak pernah tahu, aku selalu masuk dalam tiga besar, aku juara pertama pidato bahasa Indonesia dan inggris. Mereka tak pernah tahu, aku menjadi anggota osis pun mereka tak pernah tahu. Aku menjadi tim 45 dalam pengibaran sang merah putih pun mereka tak tahu. Hingga saat aku mewakili sekolah lomba matematika tingkat kabupaten pun mereka tak tahu, dan saat aku berdiri diatas podium juara dua lomba mtk tingkat kabupaten pun mereka tak tahu. Mereka tak pernah tahu. Tapi akhirnya mereka tahu saat pengambilan ijazah, wali kelas ku Pak Abdul Karim M, Si. Menyatakan kekecewaanya atas nilai ujian nasional ku yang menurun drastis, padahal saat try out aku termasuk lima orang yang lulus diantara 150 siswa dari empat kelas. Aku mendapat peringkat ke empat. Pertama sahabat ku Raudatul Jannah, kedua teman sekelas ku Viny Mugi Rahyuni, ketiga rival ku Irfan Kamil, ke empat aku, dan kelima Rizky Tri Wulan dari. Tapi saat ujian nasional bahkan sepuluh besar pun aku tak masuk katagori. Dan pak Karim bilang aku masih beruntung karena mempunyai koma yang pas di belakang angka 4 nilai dari ujian bahasa Indonesia ku. Hingga aku bisa lulus ujian. dan ujian itu murni hasil jerih payah ku sendiri.
Dan tahukah kamu saat itu ibu baru mulai peduli pada ku, ia mulai mencari sebuah pesantren yang pas untuk ku, mendaftarkan ku dan mengantarku pergi ke pesantren. Walau aku tak mempunyai prestasi apa-apa di pesantren tapi ibu baru mulai perhatian dan sering mengeluh bila aku mendapat nilai buruk. tapi tetep ia tak pernah tahu. Hingga saat ini kuliyah pun aku daftar, dan dengan biaya sendiri. Mereka memang tak pernah tahu…
kau tak seperti aku adik ku sayang...
meskipun ayah dan ibu masih belum mengakui kehadiran ku karena aku adalah seorang wanita..
aku akan tetap berusaha dan berjjuang agar suatu saat nanti mereka akan mengakui kehadiran ku...
sebagai wanita...
wanita yang tangguh......


karena itu...bangkit lah..
Kamu adalah anak special adik ku…
Jangan pernah berkata kau menderita, karena banyak orang yang jauh lebih menderita dari kamu…
Jangan pernah berkata kau kekurangan materi karena banyak lebih tak punya dari kamu…

Lihat aku…kakak mu..
Aku selalu menyayangi kamu, apa pun yang aku lakukan hanya untuk yang tebaik buat kamu…
Cukup Cuma aku yang mengalami hal seperti itu, dan aku akan brusaha agar kau tak mengalami hal serupa….

tersenyumlah…
Raih lah apa yang kau cita-cita kan…
Hapus air mata mu sekarang juga…
Buktikan pada dunia bahwa kamu mampu, mampu menjadi jauh lebih baik dari aku karena aku bukanah apa-apa…  


Aku selalu menyayangi mu…


  

No comments:

Rangkuman Debat Pertama Capres 2024

Anies Baswedan Visi dan Misi 1.        Menempatakan hukum sebagai rujukan utama untuk memastikan hadirnya rasa keadilan memberikan keber...