Kemarin tanggal 29 Maret 2014 adalah pertemuan
pertama ku dengan dosen baru di kelas 301 dengan mata kuliyah perilaku
oraganisasi. Aku datang terlambat gak pake banget sih, tapi rasanya tetap gak
enak ajah. Semua itu karena petualangan ku bersama dua orang teman, Vian dan
Fonda ke Fakultas Teknik. Awalnya cuma mau ke ATM tapi ternyata malah ngeceng
dan mencoba banyak kuliner unik di sana. Sampe lupa waktu, dan begitu ingat.
Membuat ku lari kocar-kacir berlomba dengan waktu menuju kelas.
Agak ragu untuk membuka pintu begitu aku tiba di
depan kelas. Biasanya kan dosen UP gak suka banget keterlambatan, terlebih ini
adalah jam terakhir yang “aneh” kalau masih terambat juga. Tapi begitu ku tarik
tangkai pintu itu, ku dapati senyuman
ramah dari Pak Seta. Hal yang sangat jarang ditemukan saat terjadi
keterlambatan. Biasanya dosen akan bertanya banyak hal tentang keterlambatan
itu. Bahkan bisa tidak diizinkan masuk. Tapi berbeda dengan Pak Seta, aku
justru dipersilahkan duduk diiringi senyum ramahnya.
Ketika aku sudah bersiap untuk proses transfer
ilmu. Pak Seta tengah menjelaskan tentang Nilai dan Kepribadian. Ku lirik slide
yang terpancar dari proyektor itu
berjudul “Make Your Own Destiny”. Dan semakin tercekat begitu Pak Seta
mengatakan. “Be a Founder, do not Follower” bagaimana tidak selama ini dalam
hidup ku. Aku selalu menjadi pengikut. Bukan artian pengikut yang mengikuti
suatu aliran. Tapi bila ditanya soal pendapat dan semacamnya aku selalu
mengatakan “Yaudah gimana baiknya kalian saja”. Bukan maksud untuk jadi
follower juga sih, terlalu egois bila aku memaksakan kehendak ku. Makanya
selama apa yang mereka kerjakan tidak buruk atau menyimpang aku selalu
mengikuti dari belakang. Lain halnya ketika ku tau hal itu telah diluar batas
kode etik.
Di tengah perbincangannya dengan mahasiswa yang
sangat menarik itu. Pak Seta mengatakan kita harus memiliki integritas.
Integritas adalah prinsip, dan prinsip adalah nilai. Prinsip bersinergi dengan
kognitif (cara berpikir), Afektif (Cara berperilaku) dan perilaku. Aku setuju
banget nih, menurut ku orang yang plin-plan gak punya arah dan tujuan itu sama
sekali gak menarik. Dan kata Pak Seta kita harus memiliki “End In Mind” atau
akan berakhir seperti apa hidup kita ini. Dengan memiliki “End In Mind”
tersebut kita diharapkan untuk lebih responsip terhadap perubahan
bukan adaptif. Saat aku mulai dibanjiri tanda tanya dalam
benak ku, mengapa demikian? Bukankah beradaptasi itu baik? Lalu pak seta
kembali menjelaskan perbedaan atara responsip dan adaptif. Katanya responsif
itu aktif jadi kita harus segera merespon apapun yang akan terjadi dengan
mempersiapkan diri secara matang untuk bersinergi dengan perubahan itu sendiri.
Sementara adaptif itu pasif di mana kita hanya akan beradaptasi dengan
perubahan setelah perubahan itu terjadi. So Be a Founder do not Follower :D
Belum hilang kekaguman ku akan perbedaan
Responsip dan adaptif itu. Pak seta kembali menggoyangkan jari jemarinya di
atas withboard.
HS + SS
C x T x H
Keterangan
:
HS =
Hard Skill ex: Ijazah, penghargaan, medali dll
SS =
Soft Skill ex: prinsip, etika, dll
H = Hazel / mengeluh
T = Time
C =
Cost
Artinya
kita harus memiliki rasa peduli yang selalu memberi pelayanan. Memberi
pelayanan terbaik ini memerlukan HS dan SS. Di mana pun termasuk di tempat
kerja sebagai pegawai ataupun owner. Akan tetapi jika kita dalam pekerjaan kita
sudah mulai mengeluh dari waktu-kewaktu semua itu akan menghabiskan banyak
biaya karena kita menjadi tidak responsip dan selalu menyepelekan semua hal
termasuk pekerjaan. Jika semua itu terjadi maka akan membengkakkan biaya.
Hasilnya akan membagi secara keseluruhan nilai kita yang kita peroleh dari HS
dan SS yang sudah diperjuangkan.
Keren
banget kuliyah kemarin, sampai gak sadar kalau waktu sudah menunjukan pukul
17.30 yang artinya kita harus segera berpisah. Biasanya selalu aku yang bosan
dan berkali-kali melirik jam karena tak sabar untuk segera keluar. Tapi kali
ini justru aku tak sabar untuk segera berjumpa di pertemuan selanjutnya. Ohya
pak, kalau bapak kan prinsipnya belajar dan memberi nih. Hampir sama loh dengan
saya, tapi kalau saya belajar, berjuang dan memberi. Karena hidup adalah proses
belajar dan berjuang tanpa batas. Dan sebaik-baiknya manusia adalah manusia
yang paling bermanfaat untuk yang lainnya. Sekian dari saya pak, Syukron
Jazilan. See ya :D
Fifi
Rizky Awaliyah
Masterpiece
FE.AK
Universitas Pancasila
1212215086