Karena banyak banget temen-temen yang penasaran banget sama isi dari novel Mimpi Kala Senja tapi belum beruntung untuk mendapatkannya secara langsung di toko buku atau media online lainnya. Dengan alasan stok habis atau tidak tersedia dan sebagainya, nihhh sedikit bocoran opening novel Mimpi Kala Senja. Yuk disimak, hehehheeheheheeee... selamat membaca :D
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi
itu, sungguh tak seperti biasanya. Cuaca muram, langit mendung diiringi
sesekali halilintar yang menggetarkan setiap raga yang mendengarnya. Siapapun
yang terjebak dalam cuaca seperti itu pasti enggan menapakan kakinya keluar dan
memilih menutup rapat tubuhnya dengan selimut hangat diatas kasur yang empuk.
Tapi berbeda dengan Haqi, Pria berbadan tinggi itu tampak begitu semangat
menggendong ransel hitam dibelakang punggungnya.
Matanya berbinar, walau sulit
menggambarkan apa yang ia rasakan karena wajahnya yang selalu datar. Tapi kali
ini wajah itu lebih bercahaya dari sebelumnya. Dia tak memperdulikan cuaca yang
kurang bersahabat. Dia tetap bersemangat meski harus berdesakan dalam metromini
menuju sekolahnya. Baginya hidup adalah perjuangan, dan perjuangan tak akan
ditemukan bila berada dalam sebuah mobil pribadi full AC (Air Conditioner) dengan desain mewah yang selalu menjadi kebanggaan
bagi sebagian teman di sekolahnya. Karena itu ia memilih metromini sebagai
sarana yang membantunya untuk memulai sebuah perjuangan dalam hari-harinya. Naik
metromini sungguh tak semudah kelihatannya, tapi sangat membutuhkan kesabaran
yang ekstra super. Mulai bersabar menunggu sampai semua kursi terisi oleh
penumpang, bersabar dengan suaranya yang memekakan telinga, bahkan sebagian
orang bilang metromini itu tak lain dengan sebuah kaleng bekas yang berjalan
karena kerasnya suara yang di hasilkan. Tak jarang pula Haqi harus
berpegal-pegal ria berdiri dari awal penantian hingga akhir pemberhentian. Ditambah
lagi dengan pengunjung yang semakin lama semakin berjubal. Karena harganya yang
sangat terjangkau oleh semua kalangan,
metromini menjadi salah satu sarana pilihan untuk membantu
mereka berpacu oleh waktu.
Haqi, begitu semua orang memanggilnya.
Tak cukup ramah untuk semua orang tapi siapapun yang berada didekatnya akan berfikir dua kali untuk
menjauh darinya. Setibanya di gerbang sekolah, Pak Aan si penjaga sekolah
langsung berlari kearahnya sambil membawakan sebuah payung dan Haqipun tak menolak
tanpa basa-basi sebelumnya. Gerbang sekolah adalah sebuah tantangan bagi setiap
siswa yang datang terlambat, karena gerbang itu dibangun menjulang tinggi
berbentuk setengah lingkaran raksasa dengan ujung meruncing di setiap
jerujinya. Tentu saja tak semua siswa mampu memanjatnya ketika pintu gerbang
itu sudah tertutup. Saat itu lah kecerdasan masing-masing otak dibutuhkan untuk
mengelabui penjaga sekolah atau untuk sekedar mencari cara melewati pintu
gerbang itu tanpa harus mengelabui penjaga sekolah.
“Eh si Aa teh baru datang, Pak
Kepsek sudah menunggu dari tadi A…”
jelas Pak Aan dengan logat Sundanya yang khas. Haqi
tak menjawab, hanya sempat mengernyitkan alisnya. Karena ia tahu betul mengapa Pak
Kepsek menunggu kedatangannya. Tak lama menyusuri lapangan basket yang
tergenang oleh rintik air hujan. Haqi sudah berada dihadapan Pak Kepsek dalam
sebuah ruangan kecil yang penuh dengan beberapa pandle dan frame photo
tempo dulu.
“Saya harap kamu sudah mempunyai
jawaban yang tidak mengecewakan saya.” Pak Kepsek angkat bicara sambil
menyeruput secangkir kopi hangat dihadapannya.
“Saya rasa masih banyak orang yang
jauh lebih berhak dari pada saya Pak.”
Haqi mecoba mengulas kembali apa yang hendak ia bicarakan.
“Haqi..baru kali ini sekolah kita mendapatkan
kepercayaan dari Jepang untuk mengirim siswa berprestasi dalam ajang pertukaran
pelajar. Dan karena prestasi gemilang yang telah kamu ukir mereka meminta kamu
untuk mengikuti program pertukaran pelajar itu. Apa kamu tidak membayangkan
betapa nama sekolah kita ini akan terangkat, bila sudah begitu para pelajar pun
tak akan berfikir dua kali untuk memilih sekolah kita sebagai tempat mereka
melanjutkan studi nya.”
“Maksud Bapak ?”
“Kamu bisa mengangkat nama baik
sekolah ini nanti.” Pak Kepsek mengendurkan kacamatanya.
“Saya masih butuh waktu untuk
berfikir.” Haqi berdiri hendak meninggalkan ruangan kecil itu.
“Apa perlu saya bantu bicarakan
pada orang tua mu?”
Pak Kepsek mencoba mencari solusi.
“Saya rasa tidak perlu Pak.” tekas Haqi memandang
rintik air hujan yang menyembul dari jendela kecil tak jauh dari tempatnya
berdiri.
“Lantas apa lagi yang mengganjal di
hati mu itu ?” Pak Kepsek berdiri dan berjalan menghampiri sebuah photo yang
sangat usang karena telah berumur dimakan waktu.
“Tidak ada Pak…”
“Haqi coba tolong kamu fikirkan
nasib bangsa ini nak, kamu tak hanya mengharumkan sekolah tapi bangsa kita
Indonesia pun ikut terangkat.” Pak Kepsek memandang Haqi dalam.
“Saya sangat mengerti, karena itu
tolong Bapak beri saya waktu,”
“… baiklah, ingat Haqi betapa orang
tua mu akan merasa bangga atas dirimu kelak.”
“Iya Pak, saya permisi dulu.” Haqi
meninggalkan ruangan kepala sekolah.
Haqi adalah aset
yang sangat istimewa bagi SMA Senja 1
Jakarta, karena pria dengan nama lengkap Adam Miftahul Haq itu selalu mengukir prestasi dalam berbagai
aspek. Selain mendapat julukan siswa berprestasi Haqi juga mendapat julukan si
anti kandang macan. Karena ia selalu mondar-mandir ruangan BK alias Bimbingan
Konseling. Jadi setiap kali mendapat panggilan, Haqi hanya bertatap muka selama
satu menit. Bukan karena tak bersalah atau semacamnya tapi karena guru bkpun
sudah tak mempunyai kata-kata untuk menasehatinya.
“Pagi sayang.” sapa Shila dengan manja. Haqi
membalasnya dengan senyuman, kali ini ia tak banyak bicara. Ada sesuatu menggelayuti
fikirannya.
Shila adalah
sang kekasih yang sudah dua bulan ini mengisi relung hatinya, hingga kesepian
yang selama ini menghantuinya berangsur menjauh. Shila adalah teman sesama
kelas XII, walaupun tak pernah satu kelas tapi pesonanya mampu memikat hati si
anti kandang macan. Dan tentu itu menjadi kebanggaan tersendiri karena dialah
yang pertama kali menjadi bagian hidup pria berparas tampan itu.
“Kamu ada
masalah ?” tanya
Shila menyadari kebisuan di
antara
mereka. Haqi hanya terdiam dalam alunan rintik air hujan. Bukan kepala sekolah
yang tetap kukuh itu yang ia fikirkan. Atau karena tugas sekolah yang menumpuk
dan tak satupun yang ia kerjakan. Tapi karena sudah hampir tiga minggu
belakangan ini tak ada kabar sama sekali dari orang tuanya. Walaupun mereka
sangat sibuk dan hampir setiap waktunya dihabiskan di kantor atau pesawat
terbang. Tapi mereka selalu menyisihkan waktunya hanya untuk sekedar menanyakan kabar Haqi dan
sekolahnya.
“Walaupun
kamu Buta, Tuli dan bisu, Aku akan selalu ada di sisi mu untuk menemani dan
menjaga mu, Karena kau lah wanita
terindah dalam hidup ku” Haqi menatap Shila dalam.
“Ia aku tau… karena aku pun begitu” jawab Shila menyandarkan kepalanya di bahu kanan Haqi. Perlahan Haqi membelai lembut rambut panjang Shila. Sebesar apapun masalah yang sedang ia hadapi, Securam apapun jurang kesulitan menghambat langkahnya akan terasa begitu ringan bila Shila selalu ada bersamanya.
“Ia aku tau… karena aku pun begitu” jawab Shila menyandarkan kepalanya di bahu kanan Haqi. Perlahan Haqi membelai lembut rambut panjang Shila. Sebesar apapun masalah yang sedang ia hadapi, Securam apapun jurang kesulitan menghambat langkahnya akan terasa begitu ringan bila Shila selalu ada bersamanya.
“Kamu
harus percaya..apapun yang terjadi, walau tak seindah kelihatannya dan tak
semanis rasanya tapi aku akan selalu mencintai kamu..” bisik Haqi. Membuat Shila
semakin membenamkan dirinya dalam rengkuhan kasih sanyang Haqi.
*****
Haqi berasal dari keluarga yang
bisa di bilang kaya raya, rumah bergaya Eropa Modern yang didesain minimalis
pun sudah tersedia sebagai tempat tinggalnya. Setiap bulan orang tuanya selalu
mengganti mobilnya dengan mobil terbaru dan limited
edition
tentunya. Tiga orang pembantu dan satu tukang kebunpun bersedia menemani selama
24 jam, untuk memenuhi semua kebutuhannya. Meskipun demikian, Haqi tak pernah
terlihat menikmati fasilitas yang telah
di berikan.
Ia hanya berada di rumah
ketika malam hari, mobil-mobil yang terpakir pun tak pernah ia gunakan. Kecuali
ketika kedua orang tuanya berada di rumah untuk liburan, Haqi akan berusaha
menunjukan yang terbaik untuk orang tuanya.
Meskipun orang
tuanya tak selalu ada untuk nya, Haqi tetap terlihat mandiri walaupun
sebenarnya ia sangat rapuh dalam kesendiriannya. Walaupun semua fasilitas sudah
tersedia tapi ia lebih senang mengabiskan waktunya untuk membaca ditepi sungai
dekat sekolahnya. Baginya semua fasilitas yang diberikan orang tuanya adalah
penghalang terbesar untuknya menikmati makna sebuah perjuangan. Kekayaan
bukanlah kunci kebahagian dan keharmonisan sebuah keluarga, kekayaan pula bukan
sumber dari sebuah rasa yang misterius dalam kehidupan. Karenanya untuk
menutupi hatinya yang kesepian ia selalu berusaha untuk mendapatkan nilai yang
sempurna. Agar orang tuanya tau bahwa dia selalu baik-baik saja.
Tobe continue -- >