Saturday 2 April 2016

Pendakian ke-2 MT. Guntur Garut (24-26 Maret 2016)

Pendakian kali ini bisa dibilang minim persiapan. Tak hanya itu pendakian kali ini pun sama sekali tidak di rencanakan. Mungkin bisa dibilang pelarian, lari dari berbagai macam tekanan. Tapi hikmah dari semua itu yaitu bisa menjalin ukhuwah bersama teman-teman baru dan bertemu dengan sahabat yang sekian lama terpisah. Terpisah oleh kesibukan dan asik dengan urusan masing-masing "Tepatnya".   - Ohaaayoo iis and Aas.. :-)

Berawal dari percakapan singkat via telepon oleh sahabat yang terasingkan "Andi M Yasin". Mengapa terasingkan? Lebih tepatnya mengasingkan diri. Yah, banyak yang menanyakan perihal kepergiannya. Tapi apa dikata aku bukanlah rumput yang bergoyang atau buih di lautan yang selalu menjadi pelampiasan jutaan pertanyaan.  

Singkat cerita, pria itu bercerita tentang keinginannya mendaki Mt. Prau Wonosobo. Entah apa yang terjadi, tetiba syaraf di otak membuat refleks berkata "Kepingin ikut". Gak peduli soal ijin, gak peduli soal kuliyah, gak peduli soal kerjaan, yang penting otak tenang. Dan mulailah hunting keperluan ala kadarnya.

Dengan begitu banyak perjuangan akhirnya tiba-lah di meeting point, Terminal Kp. Rambutan pukul 20.05 WIB. Tak lama mununggu,baru ku sadari bahwa Yasin telah berdiri di belakang ku sekian lama. Hanya terhalang oleh beberapa orang.

Tak ada yang berubah, masih sama dengan Kamis dua tahun lalu. Masih dengan raut wajah dan tatapan yang sama. Hanya ia berdiri di atas jalan yang sama dengan arah yang berdeda.  Apapun yang ia tuju, tentu saja untaian do'a  tak pernah terputus untuknya.

Memang telah berbeda, dua tahun cukup membuat begitu banyak pebedaan. Dalam kesunyian itu, Yasin berbisik bahwa tiket tujuan kami telah habis. Ada sesal dari tatapannya, tapi ia tak menyerah. Ia berkata untuk munggu kedua sahabat karibnya untuk membuat keputusan. Tak ada yang bisa ku lakukan selain menunggu dan berdo'a. Berharap semua ini akan berakhir dengan baik.

Sudah diputuskan, Purwokerto dan Mt.Slamet menjadi tujuan kami berikutnya. Tapi tak lama setelah bus mulai keluar dari Terminal Kp. Rambutan, Yasin mengajak ku keluar. Pendakian dibatalkan, apakah semua ini terlalu dipaksakan. Aku selalu ingat pesan Bapak bahwa "Niat baik selalu diiringi dengan jalan dan cara yang baik pula" lalu apakah aku salah? sehingga waktu pun enggan berpihak pada ku?

Ketiga pria dihadapan ku berdiri tegak dengan wajah yang mengeras. Dengan sigap seorang pria berkaca mata dengan kulit sawo matang yang akhirnya ku kenal bernama Ahya Mukhlis "Iis" mengambil keputusan yang kemudian disejui oleh ku dan dua orang pria lainnya. Yaitu, Ahya Mukhlas "Aas" dan Yasin. Kami akan mendaki MT. Guntur Garut.

Dan petualangan pun dimulai...

Ahya Mukhlis


Andi Muhammad Yasin


Ahya Mukhlas

Tepat pukul 00.00 bus menuju Garut pun mulai bergerak maju. Dan keadaan masih tak berpihak pada kami. Jalanan macet, ditambah pak driver yang memutuskan untuk putar arah membuat ku resah. Tak hanya itu dalam perjalan pun sangat mencekam akibat driver yang bisa dibilang ugal-ugalan. Tak terhitung berapa jumlah ayat kursi yang sudah ku baca. Mati, memang pasti. Hanya tinggal menunggu kapan, dimana dan bagaimananya saja. Tapi aku berharap seburuk apapun kelakuan dan hati ku. Aku ingin kembali ke dalam pangkuan-Nya dalam lindungan kasih sayang keluarga ku. Aku tidak ingin mati dalam keadaan seperti ini.

Masih bersyukur karena didampingi temen-temen super yang rela berdiri dan memberi satu kursi kosong untuk ku. Syukron jazilan ya akhie al mahbub Acin, Iis dan Aas. 

Sekitar pukul 07.00 pagi kami tiba di Garut, udara dingin khas pegunungan langsung membelai dan menyeruak ke setiap sudut. Tak ada asap, dan alhamdulillah tiga sahabat pria ku ini tidak merokok. Dan baru ku tau juga kalau Iis dan Aas itu saudara kembar. How Amazing you bro, tak hanya itu mereka terlihat kompak dan akur. Jadi berkaca dan sedih sendiri sadar punya adek cowok satu-satunya yang berbeda empat tahun tapi masih sering berantem karena hal kecil.

Kami tidak turun di terimal garut, tapi di Tanjung Garut tepatnya di pombensin yang terdapat masjid cukup besar di depannya.

Dari situ, kami masih harus meneruskan perjalanan dengan mobil pick up menuju pintu gerbang MT. Guntur. Setelah tiba Iis langsung mengurus perijinan kami, cukup membayar administrasi Rp 7.500,00/orang.
Dan kami pun memulai perjuangan menuju puncak MT. Guntur 2.249 Mdpl.



Tetep Fun walau ternyata matahari begitu terik, menyengat tiap ubun-ubun yang tengah berjuang menjejakan kaki menuju puncak. Belum berapa lama jantung kian menderu cepat, panas dan yah tentu saja lelah. Perjalanan penuh dengan kerikil. Alhamdulillahnya Mt.Guntur masih berbaik hati memberikan begitu berlimpah mata air bersih. Jadi kita bisa bawa air secukupnya dan isi ulang dengan mata air. 

Pendakian kali ini aku menggunakan metode 30:10. Metode yang dibuat sendiri biar gak nyusahin orang niatnya. Yaitu nanjak 30 langkah istirahat 10 detik. Berhasil untuk waktu yang lumayan lama, tapi karena teriknya matahari tetap saja membutuhkan waktu istirahat lebih dari 10 detik.

Tak hanya tanjakan kerikil, Mt guntur penuh dengan batu-batu alam yang besar. Kami pun menaklukan satu persatu tebing batu tersebut. Cukup licin dan rawan, harus sangat berhati-hati agar tidak tergelincir. 



Setelah 4 jam berjuang akhirnya kami tiba di pos 3 tepat puku 02.00 PM, yaitu pos terakhir pendakian sebelum menuju puncak. Kami putuskan untuk beritirahat disini sebelum melanjutkan perjalanan jam 03.00 dini hari nanti. Alahmdulillah bisa leye-leye diatas ketinggian yang memperliahatkan dengan jelas Kota Garut. Subhanallah, nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan? 


Alhamdulillah di atas pos 3 ini meski diguyur hujan lebat, tapi tidak terasa dingin sama sekali. Setelah Sholat kami segera beranjak untuk beristirahat. 

Tepat pukul 02.30 Am kami kembali bergerak, hanya membawa peralatan seadanya. Daypack dan Carrier kami tinggal di camp. Perjalanan awal gak terlalu melelahkan, mudah, krn malam hari tidak tersengat matahari. Tapi diluar dugaan jalur menuju puncak Mt.Guntur dipenuhi dengan kerikil dan pasir. Membuat kami sering tergelincir. Menjejak satu langkah turun 5 langkah dan begitu seterusnya. Harus pandai memilih pijakan yang kokoh agar tidak tergelincir. Dan ditambah lagi harus waspada batu yang sering longsor. jadi inget film 5 cm gitu, hihi But akhirnya aku tau rasanya dan Luar biasa. Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan?  






























Terima kasih, untuk kalian para pejuang. Bersyujur dan beruntung bisa ada di tengah-tengah kalian. Terima kasih karena sudah sabar menghadapi lelah ku. Syukron Iis yang siap siaga banget, yang selalu direpotin. dan mampu menahan gejolaknya untuk pergi lebih tinggi. Udah jadi kakak yang luarbiasa dan temen yang super. Sampe rumah jadi banyak introfeksi diri, sebagai seorang kakak. Syukron Acin, syukron Aas.. kalian Luar Biasa.. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua. Aamiin

Cherrs,
Fifi Rizky Awaliyah













Rangkuman Debat Pertama Capres 2024

Anies Baswedan Visi dan Misi 1.        Menempatakan hukum sebagai rujukan utama untuk memastikan hadirnya rasa keadilan memberikan keber...