Sunday 18 August 2013

Mimpi Kala Senja



Karena banyak banget temen-temen yang penasaran banget sama isi dari novel Mimpi Kala Senja tapi belum beruntung untuk mendapatkannya secara langsung di toko buku atau media online lainnya. Dengan alasan stok habis atau tidak tersedia dan sebagainya, nihhh sedikit bocoran opening novel Mimpi Kala Senja. Yuk disimak, hehehheeheheheeee... selamat membaca :D
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
            Pagi itu, sungguh tak seperti biasanya. Cuaca muram, langit mendung diiringi sesekali halilintar yang menggetarkan setiap raga yang mendengarnya. Siapapun yang terjebak dalam cuaca seperti itu pasti enggan menapakan kakinya keluar dan memilih menutup rapat tubuhnya dengan selimut hangat diatas kasur yang empuk. Tapi berbeda dengan Haqi, Pria berbadan tinggi itu tampak begitu semangat menggendong ransel hitam dibelakang punggungnya.
            Matanya berbinar, walau sulit menggambarkan apa yang ia rasakan karena wajahnya yang selalu datar. Tapi kali ini wajah itu lebih bercahaya dari sebelumnya. Dia tak memperdulikan cuaca yang kurang bersahabat. Dia tetap bersemangat meski harus berdesakan dalam metromini menuju sekolahnya. Baginya hidup adalah perjuangan, dan perjuangan tak akan ditemukan bila berada dalam sebuah mobil pribadi full AC (Air Conditioner) dengan desain mewah yang selalu menjadi kebanggaan bagi sebagian teman di sekolahnya. Karena itu ia memilih metromini sebagai sarana yang membantunya untuk memulai sebuah perjuangan dalam hari-harinya. Naik metromini sungguh tak semudah kelihatannya, tapi sangat membutuhkan kesabaran yang ekstra super. Mulai bersabar menunggu sampai semua kursi terisi oleh penumpang, bersabar dengan suaranya yang memekakan telinga, bahkan sebagian orang bilang metromini itu tak lain dengan sebuah kaleng bekas yang berjalan karena kerasnya suara yang di hasilkan. Tak jarang pula Haqi harus berpegal-pegal ria berdiri dari awal penantian hingga akhir pemberhentian. Ditambah lagi dengan pengunjung yang semakin lama semakin berjubal. Karena harganya yang sangat terjangkau oleh semua kalangan, metromini menjadi salah  satu sarana pilihan untuk membantu mereka berpacu oleh waktu.
            Haqi, begitu semua orang memanggilnya. Tak cukup ramah untuk semua orang tapi siapapun yang berada  didekatnya akan berfikir dua kali untuk menjauh darinya. Setibanya di gerbang sekolah, Pak Aan si penjaga sekolah langsung berlari kearahnya sambil membawakan sebuah payung dan Haqipun tak menolak tanpa basa-basi sebelumnya. Gerbang sekolah adalah sebuah tantangan bagi setiap siswa yang datang terlambat, karena gerbang itu dibangun menjulang tinggi berbentuk setengah lingkaran raksasa dengan ujung meruncing di setiap jerujinya. Tentu saja tak semua siswa mampu memanjatnya ketika pintu gerbang itu sudah tertutup. Saat itu lah kecerdasan masing-masing otak dibutuhkan untuk mengelabui penjaga sekolah atau untuk sekedar mencari cara melewati pintu gerbang itu tanpa harus mengelabui penjaga sekolah.
            “Eh si Aa teh baru datang, Pak Kepsek sudah menunggu dari tadi A…” jelas Pak Aan dengan logat Sundanya yang khas. Haqi tak menjawab, hanya sempat mengernyitkan alisnya. Karena ia tahu betul mengapa Pak Kepsek menunggu kedatangannya. Tak lama menyusuri lapangan basket yang tergenang oleh rintik air hujan. Haqi sudah berada dihadapan Pak Kepsek dalam sebuah ruangan kecil yang penuh dengan beberapa pandle dan frame photo tempo dulu.
“Saya harap kamu sudah mempunyai jawaban yang tidak mengecewakan saya.” Pak Kepsek angkat bicara sambil menyeruput secangkir kopi hangat dihadapannya.
“Saya rasa masih banyak orang yang jauh lebih berhak dari pada saya Pak.” Haqi mecoba mengulas kembali apa yang hendak ia bicarakan.
“Haqi..baru kali ini sekolah kita mendapatkan kepercayaan dari Jepang untuk mengirim siswa berprestasi dalam ajang pertukaran pelajar. Dan karena prestasi gemilang yang telah kamu ukir mereka meminta kamu untuk mengikuti program pertukaran pelajar itu. Apa kamu tidak membayangkan betapa nama sekolah kita ini akan terangkat, bila sudah begitu para pelajar pun tak akan berfikir dua kali untuk memilih sekolah kita sebagai tempat mereka melanjutkan studi nya.”
“Maksud Bapak ?”
“Kamu bisa mengangkat nama baik sekolah ini nanti.” Pak Kepsek mengendurkan kacamatanya.
“Saya masih butuh waktu untuk berfikir.” Haqi berdiri hendak meninggalkan ruangan kecil itu.
“Apa perlu saya bantu bicarakan pada orang tua mu?” Pak Kepsek mencoba mencari solusi.
“Saya rasa tidak perlu Pak.” tekas Haqi memandang rintik air hujan yang menyembul dari jendela kecil tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Lantas apa lagi yang mengganjal di hati mu itu ?” Pak Kepsek berdiri dan berjalan menghampiri sebuah photo yang sangat usang karena telah berumur dimakan waktu.
“Tidak ada Pak…”
“Haqi coba tolong kamu fikirkan nasib bangsa ini nak, kamu tak hanya mengharumkan sekolah tapi bangsa kita Indonesia pun ikut terangkat.” Pak Kepsek memandang Haqi dalam.
“Saya sangat mengerti, karena itu tolong Bapak beri saya waktu,”
“… baiklah, ingat Haqi betapa orang tua mu akan merasa bangga atas dirimu kelak.”
“Iya Pak, saya permisi dulu.” Haqi meninggalkan ruangan kepala sekolah.
Haqi adalah aset yang sangat istimewa bagi SMA Senja 1 Jakarta, karena pria dengan nama lengkap Adam Miftahul Haq  itu selalu mengukir prestasi dalam berbagai aspek. Selain mendapat julukan siswa berprestasi Haqi juga mendapat julukan si anti kandang macan. Karena ia selalu mondar-mandir ruangan BK alias Bimbingan Konseling. Jadi setiap kali mendapat panggilan, Haqi hanya bertatap muka selama satu menit. Bukan karena tak bersalah atau semacamnya tapi karena guru bkpun sudah tak mempunyai kata-kata untuk menasehatinya.
“Pagi sayang.” sapa Shila dengan manja. Haqi membalasnya dengan senyuman, kali ini ia tak banyak bicara. Ada sesuatu menggelayuti fikirannya.
Shila adalah sang kekasih yang sudah dua bulan ini mengisi relung hatinya, hingga kesepian yang selama ini menghantuinya berangsur menjauh. Shila adalah teman sesama kelas XII, walaupun tak pernah satu kelas tapi pesonanya mampu memikat hati si anti kandang macan. Dan tentu itu menjadi kebanggaan tersendiri karena dialah yang pertama kali menjadi bagian hidup pria berparas tampan itu.
“Kamu ada masalah ?” tanya Shila menyadari kebisuan di antara mereka. Haqi hanya terdiam dalam alunan rintik air hujan. Bukan kepala sekolah yang tetap kukuh itu yang ia fikirkan. Atau karena tugas sekolah yang menumpuk dan tak satupun yang ia kerjakan. Tapi karena sudah hampir tiga minggu belakangan ini tak ada kabar sama sekali dari orang tuanya. Walaupun mereka sangat sibuk dan hampir setiap waktunya dihabiskan di kantor atau pesawat terbang. Tapi mereka selalu menyisihkan waktunya  hanya untuk sekedar menanyakan kabar Haqi dan sekolahnya.
“Walaupun kamu Buta, Tuli dan bisu, Aku akan selalu ada di sisi mu untuk menemani dan menjaga mu,  Karena kau lah wanita terindah dalam hidup ku” Haqi menatap Shila dalam.
            “Ia aku tau… karena aku pun begitu” jawab Shila menyandarkan kepalanya di bahu kanan Haqi. Perlahan Haqi membelai lembut rambut panjang Shila.
Sebesar apapun masalah yang sedang ia hadapi, Securam apapun jurang kesulitan menghambat langkahnya akan terasa begitu ringan bila Shila selalu ada bersamanya.
“Kamu harus percaya..apapun yang terjadi, walau tak seindah kelihatannya dan tak semanis rasanya tapi aku akan selalu mencintai kamu..” bisik Haqi. Membuat Shila semakin membenamkan dirinya dalam rengkuhan kasih sanyang Haqi.
*****  
 Haqi berasal dari keluarga yang bisa di bilang kaya raya, rumah bergaya Eropa Modern yang didesain minimalis pun sudah tersedia sebagai tempat tinggalnya. Setiap bulan orang tuanya selalu mengganti mobilnya dengan mobil terbaru dan limited edition tentunya. Tiga orang pembantu dan satu tukang kebunpun bersedia menemani selama 24 jam, untuk memenuhi semua kebutuhannya. Meskipun demikian, Haqi tak pernah terlihat menikmati fasilitas yang telah  di berikan. Ia hanya berada di rumah ketika malam hari, mobil-mobil yang terpakir pun tak pernah ia gunakan. Kecuali ketika kedua orang tuanya berada di rumah untuk liburan, Haqi akan berusaha menunjukan yang terbaik untuk orang tuanya.
Meskipun orang tuanya tak selalu ada untuk nya, Haqi tetap terlihat mandiri walaupun sebenarnya ia sangat rapuh dalam kesendiriannya. Walaupun semua fasilitas sudah tersedia tapi ia lebih senang mengabiskan waktunya untuk membaca ditepi sungai dekat sekolahnya. Baginya semua fasilitas yang diberikan orang tuanya adalah penghalang terbesar untuknya menikmati makna sebuah perjuangan. Kekayaan bukanlah kunci kebahagian dan keharmonisan sebuah keluarga, kekayaan pula bukan sumber dari sebuah rasa yang misterius dalam kehidupan. Karenanya untuk menutupi hatinya yang kesepian ia selalu berusaha untuk mendapatkan nilai yang sempurna. Agar orang tuanya tau bahwa dia selalu baik-baik saja.

Tobe continue -- >



Rangkuman Debat Pertama Capres 2024

Anies Baswedan Visi dan Misi 1.        Menempatakan hukum sebagai rujukan utama untuk memastikan hadirnya rasa keadilan memberikan keber...