Tuesday 29 November 2011

belum terlambat untuk ku bertobat...

Assalamu a'laikum warohmatullahi wabarokatuh...

     ketika aku membaca posting sahabat ku Pipit Jayantie el Zahra, terjawab semua keluh kesah yang selama ini bersemayam dalam hati ku. Yang tak pernah mendapatan jawaban kongkrit dan pasti, hanya sebuah onggokan kan kata yang terselubung. Betapa sadar selama ini aku telah terperosok, aku telah terjatuh dalam jurang kemaksiatan yang amat sangat dalam. Aku tak mampu menjaga pergaulan ku dengan baik, hingga selama ini setiap kali timabul pertanyaan-pertanyaan dalam hati ku..
    Mengapa aku tak bisa menutup aurat ku secara sempurna?
    Mengapa aku tak bisa menjaga pendangan ku?
    Mengapa aku tak bisa menjaga hati ku?
    Mengapa aku tak bisa se-istiqomah sahabat ku Pipit Jayanti?
    Mengapa aku tak setegar dia?
    Mengapa aku tak mampu menjaga jarak dari makhluk yang bernama ikhwan itu??
    Saat pertanyaan itu bermunculan, aku akan merenung, dan mencari solusi yang nyata mengapa Pipit Jayanti mampu sedangkan aku TIDAK???, tapi otakku akan segera memberi jawaban klasik "Karena lingkungan dan keadaan ku tak mendukung ku untuk bisa menjadi seornag Pipit jayanti".
    Aku mulai memakai jilbab ku ketika duduk di kelas 4 sd, dan sejak itu aku mulai tertarik dengan semuah pokok ajaran islam. Sesekali setelah sholat magrib berjamaah dengan ayah ku, aku selalu bertanya tentang islam. Awalnya aku tak ingin memakai jilbab GERAH, ENGAP, GATEL tapi berbeda setelah aku melihat bibi ku, aku memanggilnya Ence Sopur. Pandangannya yang damai, tutur katanya yang lembut, membuat ku ingin sekali menjadi seseorang yang seperti dia. begitupun bibi - bibi ku yang lainnya.
     Ketika aku lulus SD, aku ingin sekali mencicipi tinggal di sebuah pondok pesantren, tapi sayang ibu ku tidak mengizinkan ku. Karena aku adalah anak perempuan pertama dalam keluargaku. Jadilah aku meneruskan sokolah ku di Mts N Jati Asih, disanalah aku mengenal sosok Pipit Jayanti. Aku tidak pernah sekelas dengan nya. Tapi mentaqdirkan Pipit untuk menjadi sahabat yang selalu membimbingku. Hingga walaupun selalu berjauhan kelas tapi kami selalu bersama. Aku mengenal Pipit dari sebuah Organisasi Intra Sekolah (OSIS).
     Percaya atau tidak, ibuku sangat tak suka kedekatan ku dengan Pipit, katanya karena aku menjadi manusia yang sok alim. Itu membuat ibu ku gerah, karena itu aku menyesuaikan cara berpakaian ku. Bagaimana caranya tidak menggemborkan aurat tapi tetap dipandang normal oleh ibuku. Disini lah perbedaannya. Ibu ku selalu bertanya, Mana pacar kamu vie? Elva saja banyak yang dateng malam minggu. pantesan kamu diputusin badan mu itu gemuk sekali bla bla bla. Tapi alhamdulillah ibu sudah berubah, saat ini ia akan selalu mendukung apa yang akan aku lakukan selama masih dalam kancah Islam,..
     Itu, baru dari segi keluarga. belum dari segi manteman. dan masih banyak lagi... .>,<"!!

    Tapi kali ini aku sadar, semua ini bukan salah Allah yang menempatkan ku dalam lingkungan yang tak mendukung ku untuk selalu istiqomah. tapi karena hati ku yang masih belum bisa menduakan isyarat-isyarat duniawi. Hingga akhirnya aku terjatuh dalam liku cinta setan yang menyesatkan. Naudzubillah,,,,






ini bukan masalah karena kesalahan orang lain..
tapi karena diri ku sendiri..
BISMILLAHI TAWAKALTU A'LALLAH...vie pasti bisa..



Tuesday 8 November 2011

keep Istiqomah
Fifi Rizky Awaliyah
ikhlas
semangat
berusaha
belajar
mendengarka
terbaik
wanita sholehah
berjuang
istiqomah
Fifi RIzky Awaliyah

Tuesday 1 November 2011

tak mau lagi aku menggoyahkan pendirian ku..

Assalamu a'laikum my dear....



percaya gak, aku itu selalu merasa tak percaya diri bila berkumpul dengan teman-teman seangkatan ku di angkatan 22 pondok pesantren daarul uluum 1 bantar kemang. hal itulah yang menyebabkan ku enggan untuk hadir disetiap ada acara kumpul-kumpul bareng khusus angkatan 22. karena mereka itu begitu stylist, cantik, dan menawan. sedangkan diri ku ini hanya lah seorang Fifi Rizky Awaliyah yang penuh dengan kekurangan, yang selalu mengenakan rok dan jilbab lebar. sebenarnya jauh di dalam hati ingin sekali aku mencoba untuk mengenakan celana jins yang dengan jelas membentuk seluruh lekukan kaki. memakai kerudung kecil yang menonjolkan segala yang ada. tapi selalu saja rasa takut ku selalu lebih besar dari pada rasa ingin tahu ku. takut kepada Allah kelak, takut kepada Ayah dan Ibu yang telah mendidiku, dan juga takut pada lingkungan yang selalu memperhatikan gerak-gerik ku. bukannya aku kepedean bilang lingkungan merhatiin aku. tapi aku pernah punya pengalaman, waktu itu ketika aku pulang dari pesantren di hari kamis, sepupuku Nur Ubay Saputra datang mengunjungi ku. kami berbicara panjang lebar hingga tak ingat waktu di teras depan rumah ku, dan keesokan harinya para ibu-ibu bilang "sie Fifi anak nya ustad Mastan pulang pesantren cuma buat pacaran ajjah." apa coba klu bukan merhatiin namanya. makanya aku harus jaga image di depan mereka dengan gelar seorang santri ditambah seorang anak ustad (kata mereka)=>(padahal ayah ku tak mau dibilang ust).

begitu pun ketika terdengar desas desus bahwa angkatan 22 akan mengadakan buka puasa bareng dirumah salah seorang teman ku yang bernama Jajang Saiful Bahri yang tinggal di daerah jakut. nawaitu gak akan ikut, apapun yang akan terjadi.. gak akan ikut. karena aku takut mati gaya bila dihadapan mereka. sumpah ya Allah aku sama sekali gak percaya diri dengan mereka. tapi setiap kali teman2 ku menanyakan akankah aku ikut? aku hanya akan menjawab dengan kata "Insya Allah" sambil mengigit bibir ku pelan. pertanda perkataan ku tak serius. begitupun ketika salah seorang kawan ku mengajak untuk datang bersama. awalnya aku berniat untuk menolak nya dengan alesan klasik yang aku buat sendiri. dan akhirnya niat itu ku batalkan dengan beberapa alasan ::
1. dy begitu antusias,
2. baru kali ini waktu senggangnya dan aku tak ingin mengecewakannya
3. dy gak tau jalan dari rawamangun menuju kediaman jajang sementara aku tahu

karena itu aku bersedia pergi, walaupun harus ke rawamangun terlebih dahulu yang memakan waktu satu setengah jam dengan angkot. dan satu jam dengan kendaraan. padahal bila dari rumah ku kerumah jajang tak akan memakan waktu hingga 30 menit. akhirnya ku temui dy di depan kampus UNJ. sumpah awalnya aku merasa begitu yakin kalau aku itu bisa. tapi sayangnya ketika sampai disana aku sama sekali bingung. padahal aku pernah berkali-kali menggunakan motor kesana, bonceng sama cey Pipit Janyanti, atau bawa sendiri ketika aku pergi ke kantor pos. dan entah kenapa aku selalu gugup dan grogi klu di depan kawan ku yang satu itu. hingga aku tak mampu memberikan mengarahan dengan benar. hingga harus melewati kali malang yang bisa dibilang rawan macet dan terlalu muter untuk tujuan ke pondok gede.

saat itu aku gak tahu bagaimana penilaian dy tentang aku. tapi jauh dalam hati ku, aku yakin dy menyesal telah mengajak ku. padahal awalnya aku sudah bilang dy lebih pantes bareng dengan ukhtie Iin karena rumah merka hanya terpaut beberapa puluh meter saja. berbeda dengan ku yang beberapa puluh kilo meter saja. tapi dy bilang percuma bareng dengan orang yang tak tau jalan.

begitu pun ketika sampai, wajah nya gak enak banget di pandang.
sumpah ngerasa bersalah banget.

dan jujur aku masih gak percaya diri saat itu,. MINDER...

sepulang tarawih teman2 ku yang lain, hendak pergi ke TMII untuk berkeliling. dan kebetulan wanitanya lebih banyak dari pada laki-laki dan slah satu diantara kami tak kebagian kendaraan. sungguh bila aku di izinkan untuk nginep di rumah jajang saat itu aku tak akan ikut. aku lebih memilih membaringkan seluruh tubuh ku di atas kasur yang empuk. tapi ibuku tak mengizinkan aku untuk menginap. karena pada awalnya aku memang gak diijinin pergi, walau ku bilang dengan kawan ku andi yasin, walau ku bilang di rumah Jajang (dy sudah familiar dalam keluarga ku), sampai dompet dan kunci motor ku disita segala. tapi yasinn terus2an memaksa, karena itu aku terus merayu ibu ku, alhamdulillah di ijinin dengan syarat gak boleh nginep. dan ketika ku katakan pada kawan ku itu dy bilang dy juga gak akan nginep. makanya aku bersemangat walaupun sangat MINDER.



dan saat itu aku berfikir ya memang harus dengan yasin karena awalnya dengan dy, niat gak nginep juga samaan. makanya aku memberanikan diri untuk memastikan aku dengan nya.
saat itu dy bilang "ambil ajjah helmnya di dalem mio warna item"..
setelah aku kembali dari mengambil helm.. aku mendengar pembicaraannya dengan teman laki2 ku yg lain. "eh masa gue sama si Fifi motor gue kan metik bisa-bisa An.." seketika aku memotong kata-kata nya "yang ini bukan shine" kata ku sambil menunjukan helm yang ku bawa tapi memalingkna wajah ku. dengan watadosnya dia bilang "iyah..iyah..iyah,,".................sambil tersenyum menahan rasa sakit di hati ku. rasa percaya diri ku hancur seketika.

tersisa saat itu diantara ukhtie Mila dan ukhtie Sonya. juga Jajang dengan motor vixionnya. tapi mereka gak mw tumpuk tiga. akupun bila dalam posisi mereka akan menolak semampu ku bisa. tiba-tiba dy bilang "ywdagh kalian sama gue ajjah, jang lu bawa Fifi mw kan?"
"Gue sih ama siapa  ajah gak masaalah." jawab jajang.

tapi mereka tetap tak mau, sebenernya dy nyadar gak sih??
maslahnya bukan dengan siapa mereka tumpuk tiga. tapi kerena mereka laki-laki lah jadi ukhtie ku yang dua itu gak mau. dan sekali lagi rasa percaya diri ku semakin hancur. karena dengan kata-katanya itu aku semakin yakin dy itu sebenernya GAK MAU, MALU, GENGSI, jaalan sama aku yang katro ini. dan akhirnya aku yang tumpuk tiga dengan ukhtie mila, dan ukhtie sonya.

=>>pengalamann ku yang ini bener-bener ngebuka mata aku, kalau aku itu memang bener-bener jelek, buruk rupa, dan gak punya kelebihan sedikit pun. dengan tubuh yang buntet,.. Hha
=>>kata-katanya dy itu dah berhasil bikin aku nangis seminggu. dirumah, dikantor, dimotor sampe dikamar mandi pun aku nangisss...bila teringat dengan kata-katanya...

tapi aku sangat berterima kasih..
karena dengan demikian semakin membuat ku minder dan jauh dari kata sombong..
,makasihhhhh sahabat ku yang baik hati .. *.^



Rangkuman Debat Pertama Capres 2024

Anies Baswedan Visi dan Misi 1.        Menempatakan hukum sebagai rujukan utama untuk memastikan hadirnya rasa keadilan memberikan keber...